Pandemi Covid-19 mengubah banyak sendi kehidupan. Aturan pembatasan sosial dan mobilitas membuat kita memikirkan cara bertahan hidup tanpa bersentuhan fisik. Pendidikan, transaksi, dan bisnis harus menyesuaikan diri di tengah pandemi agar tetap bertahan. Di era Revolusi Industri 4.0, pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital di berbagai bidang.
Perkembangan transformasi digital dibagi menjadi empat tahap, yaitu Revolusi Industri Pertama, Revolusi Industri Kedua (The Technological Revolution), Revolusi Industri Ketiga (The Digital Revolution), dan Revolusi Industri Keempat (Industry 4.0 - The Internet Revolution).
Baca Juga:
Pandemi Covid-19 & Percepatan Transformasi Digital di Indonesia
Ada lima hal yang berubah sejak pandemi Covid-19 mewabah, yaitu kerja kantor (office working), kunjungan langsung (physical visit), acara kumpul sosial (large group), aktivitas berbelanja (mall shopping), dan pembayaran tunai (cash).
Untuk mengikuti aturan pembatasan fisik selama pandemi Covid-19, banyak hal berubah menjadi digital. Layanan publik dapat ditemukan dalam bentuk LAPOR dan e-procurement. Kerja kantor diganti dengan kerja dari rumah (work from home) dalam bentuk online meeting dan e-office.
Pendidikan dilakukan dari rumah dalam bentuk online learning dan edu broadcast. Transaksi tunai menjadi transaksi elektronik berupa online banking. Bahkan, berobat pun bisa jarak jauh yaitu medication from home (telemedicine).
Hal ini disampaikan oleh Ilham Habibie dalam webinar thinktech bertema "From Edge to Core to Cloud: Enabling a New Era of Digital Transformation" yang diselenggarakan oleh KADIN, Rabu (7/10/2020).
Globalisasi ➡Lokalisasi
Globalisasi memang masih ada, namun jangan lupakan lokalisasi. Untuk beralih ke lokalisasi, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, Assess localization priorities. Kedua, Adapt to unique local needs. Ketiga, Align with global best practices.
Kelangkaan adalah hal yang tak terelakkan. Kelangkaan bisa disebabkan oleh produksi barang yang sangat mahal, prosedur impor barang yang sulit, prosedur terkait kesehatan sehingga barang tak bisa didapat dalam jumlah dan bentuk seperti biasa, atau ego nasionalisme yang membatasi ekspor ke negara lain.
Sejak Covid-19 menjadi wabah global, banyak negara mulai sadar bahwa tidak selamanya suatu bangsa bisa bergantung dari pasokan rantai global. Oleh sebab itu, ada beberapa barang yang harus diproduksi sendiri. Penting bagi suatu negara untuk memiliki ketahanan nasional.
"Ada beberapa hal yang alangkah baiknya kita punya ketahanan nasional dulu," tutur Ilham.
Lalu, bagaimana memenuhi kebutuhan dalam negeri agar tercipta ketahanan nasional? Keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk menyongsong transformasi digital?
Tren Teknologi Strategis & Keterampilan Digital di Era Revolusi Industri 4.0
Keterampilan digital adalah keterampilan krusial yang dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0. Pasalnya, untuk bisa mengimplementasikan digital transformation dan teknologi inovasi, perlu orang yang punya skill dan pengalaman hands-on alias pengalaman langsung.
"Ada banyak sekali pekerjaan di bidang TIK dan supply belum memadai. Selain classical IT job, seperti programmer, web designer, IT architect, bukan itu. Tapi seperti operator, dia mengerti IT dalam konteks jobnya," jelas Ilham.
Menurut Gartner TalentNeurn, ada 10 tren teknologi strategis di 2020 yang berpusat pada manusia (people-centric) dan ruang pintar (smart spaces).
Tren teknologi people-centric ada lima, yaitu hyperautomation, multiexperience, democratization, human augmentatio, dan transparency and traceability.
Adapun tren teknologi smart spaces juga ada lima, diantaranya empowered edge, distributed cloud, autonomous things, practical blockchain, dan AI security.
"Satu hal yang penting untuk sukses, kita harus punya workforce, harus punya karyawan yang sudah mengerti bekerja dalam lingkungan yang penuh teknologi di Industri 4.0," papar Ilham.
"Hyperautomation, empowered age, distributed cloud, dan sebagainya adalah tren teknologi yang mengacu pada cara berpikir, filosofi, dan industrial and technology trend di tahun 2020. Kata kunci yang saya sebutkan semua ada di situ seperti AI, block chain, cloud, dan sebagainya," sambung Ilham.
Perlu diketahui juga mengenai permintaan keterampilan digital di negara dengan produk domestik bruto (PDB) tertinggi. PDB mencerminkan kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. Apakah suatu negara mengalami resesi, deflasi, atau inflasi bisa dlihat dari PDB.
Permintaan pekerjaan dengan keterampilan kecerdasan buatan (artificial intelligence) di departemen IT meningkat 479% menjadi 86.336 pekerjaan, sedangkan di bidang bisnis meningkat 103% menjadi 182.426 pekerjaan.
Sementara itu, permintaan pekerjaan dengan keterampilan robotika di departemen IT meningkat 530% menjadi 22.402 pekerjaan, sedangkan di bidang bisnis meningkat 170% menjadi 46.361 pekerjaan.
Adapun permintaan pekerjaan dengan kererampilan analisis data atau sains data (data science/data analytics) di departemen IT meningkat 88% menjadi 205.749 pekerjaan, sedangkan di bidang bisnis meningkat 106% menjadi 441.603 pekerjaan.
Kerangka Strategis Transformasi Digital
Wantiknas mempunyai strategi untuk mengawal transformasi digital di Indonesia. Target Wantiknas adalah "Digital transformation for sustainable and equitable economic growth, improving the quality of social welfare and environmental life."
"Bagaimana kita bisa memaksimalkan kualitas hidup kita dari segi kesejahteraan sosial, dari segi lingkungan, dan sebagainya. Dan juga mengadakan suatu pertumbuhan ekonomi yang merata sekaligus berkesinambungan. Ini adalah goalnya," papar Ilham.
"Jika membandingkan dengan pra covid, gak jauh beda. Yang membedakan adalah penekanan dari kita harus menggunakan metodologi, teknologi, inovasi, dan tools yang kita kenal sebagai digital. Goalnya itu sama tapi caranya menuju ke situ sedikit berbeda," tambah Ilham.
Lebih jauh, Ilham menjelaskan langkah yang harus dilakukan yaitu memberdayakan sumber daya, mengoptimalkan ekosistem bisnis, dan mentransformasikan pelayanan publik agar semua warga Indonesia mendapat pelayanan sebaik-baiknya.
Selain itu, Ilham juga menekankan pentingnya engagement atau keterlibatan masyarakat dengan cara memberikan informasi dan motivasi.
"Masyarakat kita terdiri atas empat komponen, yaitu pemerintah, sektor bisnis, sektor akademia, dan komunitas di mana kita hidup." jelas Ilham sambil menunjuk lingkaran biru stakeholders.
"Empat ini adalah targetnya siapa yang harus mendapat manfaat ini. Gimana kita menjembatani di antara sektor itu dengan goals yang itu adalah metodologi digitalnya. Kita harus memaksimalkan konektivitas dari infrastruktur broadband. Jadi harus cepat," imbuh Ilham.
Ilham mengingatkan untuk mengambil keputusan berdasarkan data. Semua orang mengetahui ini namun belum menjadi budaya.
"Bagaimana kita juga mengembangkan talenta dan kapasitas terkait yang mengacu pada literasi digital yang besar dan menjadi pakar di situ. Bagaimana dengan aspek cyber security. Keamanan dari segi cyber itu juga penting kalau keamanan itu tidak ada, siapa yang mau pakai sistem digital kita," ungkap Ilham.
5 Poin Transformasi Digital di Masa Pandemi
Saat ini kita sudah berada di era Revolusi Industri 4.0. Teknologi informasi dan komunikasi itu penting karena itu adalah pemberdaya dalam pemulihan ekonomi nasional. Tanpa orang yang ahli, kita tak bisa mewujudkannya. Dalam hal ini, dibutuhkan kolaborasi antarsektor, antarpemerintah, antarindustri, dan lain-lain.
"Digital literacy atau technological literacy penting untuk berinovasi yang terbaik buat rakyat kita," tutur Ilham.
Terakhir, Ilham mengungkapkan adanya mind shift change (paradigm change) di situasi seperti ini. Perubahan pola supply chain dari globalisasi ke lokalisasi harus bisa memperkuat produksi dalam negeri dan ekonomi digital. Untuk itu, lokalisasi harus dikembangkan untuk mengorbitkan pemain bisnis lokal agar bisa mengambil manfaat dari globalisasi.
"Atau juga sebagian menggantikan apa yg kita semula kita dapatkan dari rantai pasokan global kita adakan secara lokal," tambah Ilham.
Foto: Tangkapan Layar Webinar Thinktech KADIN
Comments