Penerbangan dunia mengalami keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Pembatasan sosial membuat orang tak berpergian untuk mencegah penularan Covid-19.
Permintaan menurun, selain karena pembatasan mobilitas, juga karena banyak orang yang dirumahkan. Masyarakat menahan pengeluaran dan menyimpan uang tunai untuk kebutuhan dasar.
Tak ayal, penerbangan mati suri. Bahkan, penerbangan diperkirakan akan mengalami kebangkrutan karena lambatnya pemulihan.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Irfan Setiaputra mengutip pandangan para analis bahwa industri penerbangan akan kembali seperti sebelum pandemi sekitar 1-2 tahun mendatang.
"Diharapkan recovery ini secepatnya kembali kondisi 2019 pada 2022 tetapi mayoritas percaya ini baru akan kembali di tahun 2024," kata Irfan, Selasa (6/10/2020).
Lebih jauh, Irfan mengungkapkan sebagian besar penumpang Garuda masih wait and see untuk kembali terbang dalam 3-6 bulan ke depan.
Namun, penerbangan tak bisa menunggu selama itu. Tahun 2020, Garuda kehilangan pendapatan sebesar US$200 juta-US$250 juta yang biasanya didapat dari penerbangan umrah dan haji tiap tahun.
Di masa pandemi, pergerakan barang lebih besar dibandingkan pergerakan manusia. Maskapai penerbangan harus menyesuaikan dengan situasi. Untuk itu, perusahaan membuka dua penerbangan internasional khusus kargo dengan tujuan Manado-Jepang dan Makassar-Singapura.
"Kadang orang lupa kalau bagian bawah pesawat itu bisa digunakan untuk mengangkut barang. Dan atas izin dari Kementerian Perhubungan kita juga diizinkan untuk meletakkan barang di kursi asalkan beratnya tidak lebih dari 70 kilogram," tutur Irfan.
"Kita melakukan opening charter, banyak sekali charter pesawat" tambah Irfan. (Al-Hanaan)
Image by Free-Photos from Pixabay
Comments