Kawasan Jawa Tengah memiliki potensi wisata yang belum dieksplorasi. Salah satunya adalah wisata alam Petungkriyono yang berjarak sekitar 50 km dari Pekalongan.
Pada Sabtu (8/8/2020), Deputi Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM mengadakan pelatihan kewirausahaan di kawasan pariwisata, di Desa Yosorejo, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
"Untuk pengembangan itu, sebaiknya para pegiat atau pengelola destinasi di Petungkriyono untuk membentuk atau bergabung dengan badan hukum koperasi," kata Arif Rahman Hakim, Deputi Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM.
Dalam acara itu, Arif menyarankan berkoperasi agar lebih mudah mengakses pembiayaan maupun program pemerintah lain.
"Koperasi di wisata alam Petungkriyono bisa menjadi koperasi yang besar karena memiliki potensi yang sangat besar," ujar Arif.
Arif juga mengajak pegiat wisata di Petungkriyono untuk mempromosikan dan memasarkan wisata alam melalui media sosial.
"Dengan sering upload foto keindahan alam Petungkriyono di sosmed, akan semakin banyak yang tahu dan bakal datang berkunjung," kata Arif.
Arif optimistis dalam dua tahun ke depan wisata alam Petungkriyono akan menjadi wisata primadona baik bagi wisatawan lokal maupun asing.
"Apalagi, sarana jalan dari Pekalongan ke Petungkriyono sangat mulus. Manfaatkan itu sebagai sebuah keunggulan," ujarnya.
Di sisi lain, Ketua BUMDes Bersama Petung Jaya, Slamet Susanto berharap pelatihan kewirausahaan dan perkoperasian bisa mendorong masyarakat untuk memanfaatkan media sosial dan koperasi. Terlebih sudah ada Koperasi Sentra Wisata Alam Nusantara (Kopisetara).
Ke depannya, koperasi akan menyediakan modal bagi pegiat dan mengelola sarana outbond di setiap destinasi di Petungkriyono.
Sejak Tokopedia memberi pelatihan masyarakat dari offline ke online, pemasaran Kopi Petung semakin meluas.
"Produk Petungkriyono seperti kopi dan gula semut, sudah dijual di tokopedia, shopee, bukalapak," kata Slamet.
Menurut Slamet, kunci pengembangan Petungkriyono adalah inovasi dan kreativitas. Sebelum 2004, kawasan Petungkriyono yang seluas 7000 hektar belum banyak dikenal orang.
Sekarang, Petungkriyono sudah dikenal orang hingga turis asing. Mulanya Slamet hanya mengembangkan Desa Curug Muncar. Pada 2008, seluruh desa di Petungkriyono turut dikembangkan.
"Kita bekerjasama dengan Perhutani sebagai pemilik lahan," ujar pria lulusan IPB jurusan Kehutanan (ekowisata).
Selain keindahan alam, Petungkriyono memiliki berbagai potensi wisata seperti camping ground, budaya masyarakat, peninggalan sejarah (tugu Belanda), dan Situs Gedong (megalitikum batu-batu besar).
"Juga ada peninggalan Linggayoni, yaitu kepercayaan orang Hindu masa lalu tentang kesuburan tanah di Petungkriyono," tutur Slamet.
Kian hari jumlah wisatawan semakin meningkat. Di Curug Lawe sendiri ada sekitar 2.000 wisatawan per bulan. Bahkan, di Welo Asri mencapai 4.000 wisatawan per bulan.
"Di Welo Asri ada permainan River Tubing meluncur di sungai memakai ban seperti Goa Pindul di Yogyakarta," ungkap Slamet.
Di hutan Petungkriyono ada beberapa jenis hewan primata (monyet dan lutung Owa Jawa) dan berbagai jenis burung. Umumnya wisatawan asing senang mengamati hewan di hutan.
"Biasanya ramai turis asing itu awal September," ujar Slamet.
Slamet mengungkapkan masih butuh proses lama untuk membangkitkan kesadaran masyarakat untuk mengembangkan wilayah Petungkriyono sebagai destinasi wisata.
"Masih butuh proses dari masyarakat petani menjadi kawasan wisata," tandas Slamet.
Lebih jauh, Slamet menyebut potensi wisata lain di Petungkriyono yaitu perkebunan kopi (arabica dan robusta), peternakan sapi, dan sayur-sayuran. Bahkan, Petungkriyono berpotensi menjadi wisata edukasi terkait peternakan sapi.
"Peluang masih banyak di Petungkriyono yang bisa dikembangkan dengan berkoperasi," pungkas Slamet. (Al-Hanaan)
Foto: cinta pekalongan
Comments