Di tengah pandemi Covid-19, banyak industri yang kesulitan bertahan, apalagi mendapatkan laba. Banyak pelaku usaha yang mengalami penurunan pendapatan. Namun, industri kakao justru bisa menyumbang devisa negara secara signifikan.
Mengutip laman resmi Kemenperin, Minggu (11/10/2020), capaian ekspor produk kakao olahan sebesar USD549 juta periode Januari - Juni 2020. Capaian ini meningkat 5,13% dibandingkan periode yang sama 2019.
"Dari produksi industri pengolahan kakao, sebanyak 80% hasilnya ditujukan untuk pasar ekspor. Pada tahun 2019, produk kakao olahan menyumbang nilai ekspor lebih dari USD1,01 miliar," kata Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian saat Peresmian Pasuruan Cocoa Technical Centre Mondelez International, Rabu (7/10/2020).
Selanjutnya, Agus mengatakan industri pengolahan kakao memproduksi beragam varian, seperti cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter dan cocoa powder. Kebanyakan produk olahan kakao yang diekspor adalah produk cocoa butter dengan tujuan ekspor Amerika Serikat, Belanda, India, Estonia, Jerman, dan Cina.
"Artinya, industri pengolahan kakao kita telah berorientasi ekspor. Untuk itu, kita perlu terus memacu kinerja dan pengembangannya agar bisa semakin kompetitif di kancah global. Kami juga berupaya memperluas akses pasar bagi produk olahan kakao, serta mendorong inovasi melalui pemanfaatan teknologi dan kegiatan riset," ungkap Agus.
Ekspor kakao yang gemilang memang bukan tanpa alasan. Industri pengolahan kakao di Indonesia didukung oleh potensi Indonesia sebagai pengolah biji kakao terbesar ketiga di dunia. Kapasitas olahan kakao mencapai 800 ribu ton per tahun dari 13 perusahaan.
"Industri pengolahan kakao Indonesia berada di peringkat ke-3 terbesar di dunia setelah Belanda dan Pantai Gading," tutur Agus.
Laporan International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2018/2019 menyatakan produksi biji kakao Indonesia sebesar 220 ribu ton. Produksi ini menempatkan Indonesia sebagai produsen biji kakao terbesar keenam dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Ekuador, Nigeria, dan Kamerun.
Karakteristik biji kakao asal Indonesia memiliki titik leleh tinggi dan kaya lemak. Selain itu, industri pengolahan kakao Indonesia menghasilkan produk berkualitas tinggi dari segi rasa, aroma, dan manfaat kesehatan.
"Untuk itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku secara intensif, antara lain lewat pendampingan dari para ahli budidaya kakao," tutur Agus.
Oleh sebab itu, Kementerian Perindustrian menyambut baik pembangunan Cocoa Technical Centre oleh Mondelez International di Pasuruan, Jawa Timur seluas lima hektar dan nilai investasi sebesar USD13 juta.
"Kami juga memberikan apresiasi bahwa sejak tahun 2013 PT Mondelez telah berperan aktif melalui program cocoa life yang telah memberdayakan lebih dari 43.000 petani kakao di 4 provinsi (8 kabupaten) di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kakao," tambah Agus.
Cocoa Technical Centre oleh Mondelez International di Pasuruan merupakan pabrik pengolahan kakaok ke-12 di dunia. Harapannya, perusahaan itu bisa mengembangkan teknologi pertanian kakao yang inovatif, efektif, dan ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao.
Di sisi lain, Executive Vice President dan President Asia, Middle East and Africa Mondelēz International Maurizio Brusadelli mengungkapkan keberlanjutan pasokan kakao merupakan kunci pertumbuhan jangka panjang bagi Mondelēz International di kawasan Asia serta di seluruh dunia.
"Kakao merupakan bahan utama cokelat yang permintaannya terus meningkat, Mondelez International bertekad untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut dengan cara yang tepat, yaitu dengan berkontribusi menciptakan sektor kakao yang berkelanjutan," ungkap Maurizio.
Lebih jauh, ia memaparkan ekspektasi konsumen yang tinggi terhadap produk olahan pangan yang dikonsumsi.
"Masyarakat menginginkan makanan kecil yang lezat dan rasa nyaman mengonsumsinya dengan mengetahui dari mana bahan bakunya diperoleh dan diproduksi dengan cara yang berdampak lebih baik pada lingkungan dan komunitas," tutup Maurizio.
Image by David Greenwood-Haigh from Pixabay
Comments