Pariwisata merupakan sektor yang paling terpukul keras oleh pandemi Covid-19. Pariwisata yang lesu berdampak besar pada ekonomi negara. Alasannya, pariwisata adalah industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja.
Di masa adaptasi kebiasaan baru, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuka kembali pariwisata dengan penerapan protokol kesehatan.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan faktor kebersihan, kesehatan, dan keamanan menjadi daya tarik utama di masa adaptasi kebiasaan baru.
"Kalau dulu pariwisata ini yang dijual dan menjadi daya tarik adalah harga dan services, tapi sekarang tidak lagi. Yang menjadi nomor satu saat ini adalah kesehatan, kebersihan dan keamanan sehingga protokol kesehatan menjadi yang utama. Jangan sampai ketika para wisatawan datang sekali, kemudian tidak ingin datang kembali lagi," kata Anas, seperti dikutip dari laman resmi BNPB, Senin (6/7/2020).
Jam operasional yang semula aktif seminggu penuh, sekarang hanya lima hari seminggu.
Sebelum resmi membuka sektor pariwisata, Pemkab Banyuwangi melakukan persiapan seperti sertifikasi pemandu wisata, hotel, dan restoran yang sesuai protokol kesehatan.
Konsekuensinya, siapapun yang melanggar protokol kesehatan akan dilarang beroperasi.
Pengawasan akan tetap dilakukan agar tetap mempertahankan pelayanan dan tidak melanggar aturan yang ditetapkan.
"Hotel dan restoran menerapkan protokol COVID-19 pada saat hari pertama kedua, namun jika pada hari berikutnya karena kondisi tempat yang ramai sehingga terjadi pelanggaran seperti tidak menggunakan masker, tamu tidak jaga jarak, maka akan langsung kami tutup," Anas menegaskan.
Informasi hotel dan restoran di Banyuwangi tersedia di aplikasi Banyuwangi Tourism.
Lokasi wisata yang dibuka adalah tempat yang sudah aman. Jumlah pengunjung dan kerumunan pun dibatasi sesuai protokol kesehatan. Salah satu konsep yang diusung adalah staycation. Sesuai namanya stay, yang berarti tinggal. Dalam satu tempat ada berbagai atraksi dan pelayanan tanpa harus berpergian.
Tak hanya itu, menu hidangan pun mendapat perhatian dari Pemkab Banyuwangi. Makanan diutamakan diolah dengan dibakar, bukan digoreng agar lebih sehat.
Namanya adaptasi butuh penyesuaian. Pun adaptasi dalam menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Untuk itu, Pemkab Banyuwangi akan memberi pelatihan pada pengelola wisata agar Kebiasaan Anyar bisa diterapkan. Kiyai dan ulama dilibatkan dalam sosialisasi. Penampil yang akan melakukan pertunjukan harus membawa alat rias dan kosmetik sendiri.
"Tentu cukup berat dalam membiasakan masyarakat mengadaptasi kebiasaan baru atau kalau di Banyuwangi kami menyebutkan Kebiasaan Anyar. Namun kami berikan pelatihan kepada masyarakat dan komunitas dengan berbagai instrumen agar kebiasaan anyar ini dapat terlaksana dengan baik," kata Anas.
"Bagi para wistawan jangan segan-segan untuk memberi kritik kepada pengelola destinasi yang tidak menerapkan protokol COVID-19. Dengan nilai dan kritik, pemerintah daerah seperti kami akan terus berbenah, termasuk memberikan sanksi teguran sampai ke penutupan keapda destinasi, hotel atau restoran yang tidak patuh pada protokol COVID-19,” Anas berpesan.
"Bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk tempat yang dituju sehingga bisa selalu kita evaluasi pelaksanaan protokol kesehatannya," Anas memungkasi. (Al-Hanaan)
Foto: Ignatius Toto - BNPB
Comments