top of page

2030, Indonesia Jadi Raksasa Ekonomi Dunia

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Aug 18, 2020
  • 3 min read


World Economic Forum membuat daftar negara-negara yang diprediksi memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar di tahun 2030 nanti. Prediksi ini didasarkan pada Produk Domestik Bruto yang dihitung menurut Paritas Daya Beli atau GDP (PPP).


Pada tahun 2030 nanti, Indonesia diprediksi berada di posisi kelima pertumbuhan ekonomi terbesar dengan GDP mencapai 5,4 triliun dolar AS. Padahal pada tahun 2016 lalu, Indonesia berada di posisi kedelapan.


World Economic Forum juga memprediksi bahwa Jepang akan berada satu tingkat di atas Indonesia, atau menempati posisi keempat. GDP Negeri Sakura pada tahun 2030 nanti diprediksi sebesar 5,6 triliun dolar AS.


Baca Juga:


Secara mengejutkan, World Economic Forum menempatkan India di posisi ketiga. India diprediksi memiliki GDP mencapai 19,5 triliun dolar AS pada tahun 2030 nanti.


Posisi kedua menjadi milik Amerika Serikat dengan GDP sebesar 23,5 triliun dolar AS. Negeri Paman Sam lagi-lagi diprediksi tak bisa mengalahkan hegemoni Cina yang menempati posisi pertama dengan GDP sebesar 38 triliun dolar AS.


Penyebab Indonesia Jadi Raksasa Ekonomi di Tahun 2030


Prediksi World Economic Forum tersebut bukanlah tanpa alasan. Potensi Indonesia menjadi raksasa dunia terbuka lebar jika berkaca dari sumber daya manusia (SDM). Demikian penuturan dari Duta Besar Indonesia untuk Korea Utara, Berlian Napitupulu.


”Indonesia mempunyai modal yang sangat baik untuk menjadi bangsa yang besar, yakni keberadaan para pemuda yang mempunyai potensi, terutama dari kalangan mahasiswa,” ujarnya.


Rasa optimisme juga dilayangkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartanto. Alasannya, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang konstan selama beberapa tahun belakangan.


"Ekonomi nasional terjaga di lima persen. Itu menunjukkan perekonomian Indonesia masih kuat. Tidak ada alasan untuk pesimis itu akan terjadi," ujar Airlangga.


Pemerintah masih kerap melakukan impor bahan baku besar-besaran yang seolah memberi kesan Indonesia memiliki ketergantungan bahan baku terhadap negara lain, contohnya gula, garam, gandum, feronikel, stainless steel (baja paduan), dan lain-lain.


Namun, Airlangga tidak melihat kegiatan impor tersebut sebagai sebuah kemunduran di bidang industri.


"Bahan baku itu boleh dari dalam ataupun luar negeri, yang penting kan nilai tambahnya tinggi," tuturnya.


Keyakinan terkait masa depan cerah perekonomian Indonesia juga disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani. amun untuk mencapainya, Sri Mulyani menekankan Indonesia perlu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi lagi.


Oleh karenanya, Pemerintah terus mengupayakan pembangunan infrastruktur, pengembangan kualitas sumber daya manusia, termasuk memperkuat sinergi antar kementerian/lembaga terkait. Pasalnya, hal-hal ini juga menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, selain ekspor dan investasi asing.


"Kalau Indonesia bisa jaga makro policy prudent, fundamental diperkuat, investasi infrastruktur, SDM, dan regulasi yang terus diperbaiki, maka Indonesia bisa menjaga bahkan memperkuat momentum pertumbuhan itu," ujarnya.


"Kalau pertumbuhan ekonomi di atas 5% atau bahkan mendekati 7%, berarti setiap 10 tahun GDP bisa naik dua kali lipat, secara matematika begitu. Maka kita akan membuat kenaikan size GDP, bukan hanya dari jumlahnya, sizenye, tapi juga pemerataannya. Jadi akselerasi tidak hanya di Jakarta atau Jawa saja," dia menambahkan.


Di tahun 2018, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, total GDP Indonesia mencapai Rp 14.837,4 triliun, dengan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp 56 juta per tahun, atau setara dengan 3.927 dokar AS. Sepanjang tahun 2018 pun, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%.


Melihat kondisi ekonomi yang cukup baik, IMF memproyeksikan pada tahun 2023 Indonesia bisa menempati peringkat ke-6. Bahkan, menurut lembaga keuangan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu akan mencapai 5,4%, dengan GDP per kapita sebesar 5.120 dolar AS. Jika proyeksi IMF tepat, maka Indonesia berhasil mengalahkan Rusia, Brasil, Inggris, Prancis. (Arie Nugroho)







Comments


bottom of page