top of page
Writer's pictureMyCity News

Tradisi Lebaran, Warga Tetap Belanja Meski PSBB



Kawasan pusat perbelanjaan di Ciledug, Tangerang ramai pembeli. Pusat perbelanjaan yang berlokasi di sekitar Jalan HOS Cokroaminoto No. 90-93 sebenarnya belum boleh buka karena masih dalam masa PSBB. Kendati demikian banyak warga yang berbelanja menjelang lebaran.

Menurut pantaaun MyCity, Rabu (20/5/2020), kawasan Mal Borobudur, CBD, dan Plaza Baru. Para pedagang, pengemudi transportasi umum, penjual makanan dan pakaian penuh sesak dengan pembeli. Mereka berjualan sejak pagi hingga jam 8 malam. Khusus penjual makanan dan minuman, pembeli paling ramai sekitar jam waktu berbuka puasa.

“Saya belanja di sini buat lebaran dulu. Banyak juga yang keluar jadi ikut keluar. Bosan juga di rumah,” ujar Muhammad Sabilillah (17) asal Pondok Kacang.

Muhammad menambahkan bahwa uang jajannya berkurang sejak PSBB. “Tahun lalu belanja baju lebaran bisa Rp 700 ribu. Tahun sekarang paling cuma Rp 300 ribu buat celana dan baju sepasang.”

“Keuangan juga berkurang karena penghasilan ortu berkurang,” timpal Silva Putri (17) yang belanja bersama pacarnya.

Meski sedang pandemi, mereka tetap belanja pakaian untuk lebaran layaknya lebaran tahun lalu.

“Kalo remaja sih mungkin kayak gitu [penting],” kata Silva Putri (17).

“Belanja pakaian gak terlalu penting aslinya. Ya pengen aja beli baru,” ujar Muhammad.

Meski PSBB dan ekonomi lesu, mereka tetap belanja pakaian. Hasrat berbelanja tak hanya dipicu oleh adanya uang tetapi juga pusat perbelanjaan yang buka.

“Kalo ditutup kan gak bakal ke sini juga. Kalo tutup ya gak belanja,” Muhammad Sabilillah memungkasi.

Lain usia, lain pula kebutuhannya. MyCity mewawancarai wanita paruh baya yang sedang membawa belanjaan di kendaraan pribadinya.

“Pengen ada yang baru. Satu aja,” Nurjanah (42), ibu rumah tangga yang berdomisili di Cipondoh.

Ibu ini juga mengakui hasrat berbelanja menjelang lebaran meski di tengah wabah Corona tak bisa dibendung.

“Kalo lebaran sudah pasti beli. Mau dibilang apa emang udah tradisi. Ada gak ada ya diusahakan,”

Anggaran belanja lebaran tahun lalu sangat berkurang dibanding tahun ini. Ia tetap berbelanja tak hanya bagi keluarganya tapi juga tamu yang akan berkunjung ketika lebaran.

“Tahun lalu belanja lebaran per kepala Rp 800 ribu. Itu termasuk kue. Sekarang belanja paling Rp 300 ribu. Jatuh banget,” ujarnya sambil tertawa.

Bagi Nurjanah, belanja langsung lebih mudah dan cepat dibanding belanja online. Meski masih PSBB, ia tetap nekad berbelanja di mal.

“Ini keperluan mendadak. Harus dapat barang sekarang. Enaknya belanja di mal. Lihat, pilih, coba, beli. Bisa tahu pas enggak modelnya. Kalau beli online perlu waktu,” papar IRT yang berdomisili di Cipondoh.

MyCity mewawancarai salah satu manajer swalayan di lokasi yang sama. Ia juga mengatakan sulit untuk tidak keluar rumah selama bulan Ramadan.

Menurut dia, orang akan tetap belanja untuk lebaran meski keuangan seret.

“Buat lebaran dibikin ada. Meski lagi Corona tetap diusahakan. Karena ada unsur relijius: pikiran dan batin. Itu budaya Muslim. Apapun yang terjadi, gak akan goyah. Namanya juga tradisi,” papar manajer swalayan.

“Lebaran itu suci dan bersih. Identik dengan baru. Jadi implementasinya sesuatu yang baru, salah satunya baju,” ujarnya.

Swalayan yang ia kelola buka mulai jam 10 pagi hingga 8 malam. Umumnya ramai pembeli yang belanja sembako. Pakaian dan alas kaki untuk hari raya juga ramai meski tak seramai sembako. Toko sembako tak mungkin tutup. Ia juga memaparkan bahwa omzet penjualan turun 70%.

“Lebaran gak wajib baju baru tapi itu sudah tradisi. Di Arab dan Eropa belum tentu gitu,” ungkap manajer yang tak mau disebutkan namanya. (Al-Hanaan)


Foto oleh Jack Sparrow dari Pexels

6 views0 comments

Comments


bottom of page