top of page
Writer's pictureMyCity News

Ternyata Robot Tidak Membuat Kita Nganggur



Robot kerap dianggap sebagai musuh manusia. Banyak cerita tenaga kerja digantikan oleh robot sehingga banyak karyawan dipecat. Bahkan, robot dan teknologi seringkali dipandang memperlebar ketimpangan.


Realitanya justru sebaliknya. Robot hanya menggantikan tenaga, bukan pekerjaan. Justru kehadiran robot dan kecerdasan buatan akan membuka banyak kesempatan dan meningkatkan produktivitas.


Pada tahun 1990an dan 2000an, wacana dominan di Jerman merupakan salah satu relokasi produksi dan kompetisi global akan membahayakan pekerjaan dan upah. Dalam debat baru-baru ini tentang digitalisasi, beberapa pengamat bahkan telah mengantisipasi kehancuran pasar tenaga kerja. Ketakutan itu adalah robot dan kecerdasan buatan yang bisa menyingkirkan pasar tenaga kerja.


“Ada berbagai prediksi mengenai pekerjaan yang akan hilang di masa depan. Jawabannya adalah tak ada orang yang benar-benar tahu bagaimana dampak digitalisasi. Di masa depan, pekerjaan bukan sekadar rutinitas melainkan kreativitas. Konsekuensinya, potensi transformatif sosial pekerjaan tumbuh, bukannya berkurang. Ini akan membuka kesempatan baru,” ujar Lars Klingbeil (14/5/2020) seperti dilansir dari socialeurope.eu.


Kebijakan data dan perkembangan kecerdasan buatan akan menentukan pekerjaan dan pertumbuhan. Negara harus mendorong penggunaan kecerdasan buatan dalam ekonomi, sains, dan politik. Bukan masyarakat yang didikte oleh ekonomi, justru sebaliknya, ekonomilah yang menyesuaikan pada masyarakat.


“Di sektor jasa, kita butuh konsep pekerjaan dan strategi politik yang jelas. Pembaruan kesejahteraan bangsa dan perbaikan sistem pendidikan tak bisa diraih tanpa pekerjaan yang baik. Bagaimana bisa kita lebih peka terhadap kebutuhan individu siswa tanpa adanya guru?” terang Lars Klingbeil.


Melansir wired.com (3/4/2020), data Microsoft mengindikasikan bahwa industri manufaktur merupakan segmen yang paling cepat pertumbuhannya untuk kecerdasan buatan. Menurut LinkedIn, permintaan akan keterampilan kecerdasan buatan meningkat 109% antara 2015 dan 2017.


Puluhan tahun lalu, penciptaan lapangan kerja manufaktur yang terampil dan bergaji tinggi di pedesaan Brookneal terdengar mustahil. Sekarang, ini adalah realitas. Berita baiknya, otomasi yang menjadi dasar bagi perusahaan tersebut akan membuka peluang bagi pengusaha dan pekerja baik di pedesaan maupun di kota di Amerika.


“Di Brookneal dan pedesaan sekitar, pekerjaan manufaktur menggunakan robot yang lebih murah sehingga memudahkan produksi di AS dan pasar lain di mana biaya tenaga kerja tinggi. Karena otomasi menjadi lebih murah dan kuat, perusahaan kecil bisa mengurangi biaya unit produksi dan menjadi kompetitif. Ini memungkinkan bisnis untuk tumbuh dan menciptakan pekerjaan bergaji tinggi,” terang Kevin Scott, wakil presiden eksekutif AI and research di Microsoft.


“Gabungan antara keterampilan manusia dan otomasi menghasilkan kemajuan yang luar biasa. Mittelstand, misalnya. Mittelstand adalah perusahaan skala kecil dan menengah yang menghasilkan kurang dari 50 juta Euro per tahun. Secara kolektif, Mittelstand bertanggung jawab terjadap 99,6% perusahaan Jerman, 60% pekerjaan, dan lebih dari setengah PDB Jerman. Kombinasi antara tenaga kerja terampil dan otomasi canggih menghasilkan produk berkualitas tinggi,” Kevin menjabarkan.


Otomasi, robot, dan kecerdasan buatan sanggup mengerjakan pekerjaan manusia terutama pekerjaan teknis repetitif. Harapannya, manusia bisa fokus pada pekerjaan yang memerlukan kreativitas, ide, dan nilai.


Tanpa robot, pekerjaan manusia juga tidak ada. Robot memang mengambil alih pekerjaan manusia tapi hanya pekerjaan kasar.


Tak semua hal bisa diselesaikan oleh robot. Ada hal yang tak tergantikan oleh robot dan kecerdasan buatan: sentuhan manusia.


“Saya yakin kecerdasan buatan akan menjadi memberdayakan manusia bukan menggantikan manusia,” Kevin memungkasi. (Al-Hanaan)


Foto oleh Alex Knight dari Pexels

16 views0 comments

Comments


bottom of page