top of page

Ringankan Beban Pemerintah, Sri Mulyani Imbau Masyarakat Mengonsumsi dan Berinvestasi

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Aug 25, 2020
  • 2 min read

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengakui betapa berat mengejar pertumbuhan ekonomi positif jika pertumbuhan ekonomi di kuartal III (Q3) 2020 hanya dari belanja pemerintah.


"Kita masih terus melakukan [pemulihan ekonomi], kan masih ada 1,5 bulan untuk kuartal III-2020. Tapi memang, kalau tanpa recovery dari sisi konsumsi dan investasi, kalau hanya government saja agak berat juga untuk bisa memulihkan seluruhnya," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (24/8/2020).



Demikian pernyataan Sri Mulyani mengenai realisasi pertumbuhan ekonomi pada Q2 2020 sebesar -5,32% dengan kontraksi dari konsumsi di atas 5% dan kontraksi investasi hampir mendekati 8%.


"Jadi dalam hal ini, semua mesin pertumbuhan juga harus pulih, nggak cuma dari pemerintah saja. Makanya kita coba dari konsumsi dan investasi bisa pulih lagi," terang mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia.


Di samping itu, Sri Mulyani juga mengatakan perbaikan aktivitas ekonomi terutama di Q3 2020 bisa diwujudkan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).



Seluruh stimulus PEN bertujuan membantu masyarakat dan memulihkan aktivitas ekonomi. Sayangnya, penyerapan stimulus PEN baru mencapai Rp174,79 triliun per 19 Agustus 2020.


Dapat dikatakan, penyerapan stimulus baru terealisasi 25,1% dari alokasi penanganan Covid-19 dan program PEN yang mencapai Rp695,2 triliun.


"Realisasi Rp174,79 triliun atau 25,1% dari Pagu," terang Sri Mulyani.


Lebih jauh, Sri Mulyani merinci pagu angggaran penanganan Covid-19 dan PEN yang mencapai Rp695,2 triliun. Anggaran tersebut terdiri atas Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebesar Rp387,91 triliun, tanpa DIPA Rp155,96 triliun, dan belum DIPA Rp151,36 triliun.



Kontraksi Ekonomi dan PDB

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontraksi terdalam berasal dari komponen konsumsi rumah tangga yang menopang produk domestik bruto (PDB). Secara tahunan (year-on-year/YoY), konsumsi rumah tangga berkontraksi sebesar -5,51%.


Ada dua komponen yang menunjukkan pertumbuhan positif. Pertama, perumahan dan perlengkapan rumah tanggal sebesar 2,36%. Kedua, kesehatan dan pendidikan sebesar 2,02%.


Secara berurutan, kontraksi terdalam disumbang oleh sektor restoran dan hotel sebesar -16,53%. Diikuti oleh transportasi dan komunikasi sebesar -15,33%. Lalu, pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya sebesar -5,13%, serta lainnya sebesar -3,23%.



Investasi/Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) merupakan penopang kedua terbesar dan berkontraksi sebesar -8,61%.


Komponen lain yang berkontraksi terdalam diantaranya sektor kendaraan (-34,12%), peralatan lainnya (-26,09%), CBR (-14,89%), mesin dan perlengkapannya (-12,87%), dan produk kekayaan intelektual (-11,46%).


Sementara itu, kontraksi konsumsi pemerintah bertujuan menurunkan realisasi belanja barang dan jasa, belanja pegawai turun, dan bansos naik 55,87%. Konsumsi pemerintah tercatat berkontraksi sebesar -6,90%.



Selain itu, ekspor barang dan jasa terkontraksi 11,66% dan LNPRT -7,76%. Impor barang dan jasa terkontraksi 16,96%, dengan rincian impor barang terkontraksi 12,99% dan impor jasa terkontraksi 41,36%.


Pada Q2 2020 terjadi kontraksi sebesar -5,32% dengan rincian konsumsi rumah tangga berkontraksi sebesar -2,96%, investasi sebesar -2,73%, konsumsi pemerintah -0,53%, konsumsi LNPRT sebesar -0,10%, dan lainnya sebesar -1%. (Al-Hanaan)


Foto: Tangkapan Layar YouTube Kemenkeu RI


Comments


bottom of page