Pandemi Bikin Pamor Mata Uang Digital Bank Sentral Meroket
- MyCity News

- Jun 12, 2020
- 2 min read

Pandemi Covid-19 meningkatkan perkembangan mata uang digital bank sentral (central bank digital currencies/CBDCs). Ini dikarenakan jutaan orang di seluruh dunia beralih dari pembayaran tunai ke pembayaran non tunai untuk menghindari kontak fisik. Demikian pernyataan perwakilan bank sentral pada Kamis (11/6/2020).
Bank sentral mengamati bagaimana CBDCs menjadi kenyataan sejak Facebook meluncurkan Libra, mata uang kripto alias koin digital. Koin ini berbasis rantai blok (block chain) dan bersifat stabil karena dolar AS, euro, dan yen. Mata uang kripto ini menaikkan prospek Facebook sebagai sektor swasta media sosial yang bersaing dengan mata uang tradisional.
Merebaknya pandemi mempercepat penggunaan mata uang digital.
"Ada sedikit bukti bahwa uang tunai menularkan virus namun Covid-19 memicu eksperimen yang belum ada sebelumnya dalam digitalisasi sepanjang hidup kita," kata Benoit Coeure, kepala Innovation Hub di Bank for International Settlement.
"Covid-19 akan dikenang oleh sejarawan ekonomi karena kejadian ini mendorong perkembangan CBDC meroket," ujarnya pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh CEPR dan the London School of Economics.
Coeure adalah salah satu ketua grup bank sentral yang mengerjakan pembangunan blok CBDC dan akan membuat laporan kembali pada Oktober.
Bank sentral akan memperkenalkan CBDC namun dengan lebih hati-hati untuk menghindari fragmentasi sistem finansial dan moneter.
"Tidak ada yang namanya CBDC siap jadi," ujarnya. CBDC harus disiapkan dan dibangun terlebih dahulu.
Christina Segal-Knowles, direktur eksekutif untuk infrastruktur pasar finansial di Bank of England mengatakan pandemi menekankan penurunan penggunaan uang tunai. Penarikan uang tunai dari ATM di Inggris jatuh sejak lockdown diberlakukan pada bulan Maret. Toko dan gerai memaksa penggunaan non tunai untuk menghindari kontak fisik.
Bank of England mempublikasikan makalah mengenai potensi CBDC. Penggunaan CBDC melibatkan pemotongan biaya pembayaran cross-border seperti remiten.
"Kami aktif mengeksplorasi CBDC dan berbagai peluang yang potensial," ujar Segal-Knowles.
Namun, ia sendiri belum tahu pasti dampak CBDC pada sistem finansial dan implementasi kebijakan moneter. Demikian dilansir dari Reuters, Jumat (12/6/2020). (Al-Hanaan)
Foto: Reuters



Comments