Perekonomian suatu negara banyak ditopang oleh sumber daya unggul yang memahami teknis atau yang diandalkan dalam kompetensi. Lulusan kejuruan (vokasi) bisa menjadi contoh.
Untuk itu, Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industri Kadin, Anton J Supit mengatakan setiap negara maju pasti mempunyai sistem pendidikan kejuruan yang unggul.
"Bicara vokasi itu pendidikan sistem ganda, yaitu bekerja sambil sekolah. Di negara maju, terutama Eropa, Amerika juga ikuti pola pemagangan, China, India, Jepang, karena merasa sistem ini cara paling efektif mendidik SDM kita agar supaya industri punya saya saing yang tinggi," terang Anton, , dalam webinar Pendidikan Vokasi menjawab tantangan Inovasi, Rabu (12/8/2020).
Dengan SDM unggul di bidang teknis, produk yang beredar di pasar menjadi lebih baik kualitasnya. Pada gilirannya, nilai kompetitif meningkat dibandingkan negara lain.
"Keyakinan dasarnya, tanpa tenaga kerja terampil, yang punya kualitas tinggi, kita nggak akan survive dalam ekonomi. Bicara vokasi ujung-ujungnya keberdayaan ekonomi," tutur Anton.
Untuk meningkatkan daya saing, sistem pendidikan harus dibenari mulai dari kesetaraan kualitas di berbagai daerah, penyusunan kurikulum yang melibatkan industri, hingga sertifikasi menyeluruh dengan standar yang ketat. Hasilnya, lulusan vokasi bisa diterima kerja dan mudah beradaptasi tanpa pelatihan oleh perusahaan.
Baca Juga: Kemenperin Buka Pendaftaran Diploma IV Program Studi Teknologi Energi Terbarukan, Berminat?
"Jadi nanti lulusan vokasi tangan kanan pegang ijazah transkrip, sertifikat kompetensi dan bahasa Inggris harus maju. Tangan kiri hasilkan riset terapan dan kompetensi," kata Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). (Al-Hanaan)
Foto oleh Thijs van der Weide dari Pexels
Comments