top of page

Media Harus Miliki 5 Hal Ini Jika Ingin Survive di 2020

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Jun 3, 2020
  • 2 min read

ree

Tak ada bisnis di dunia yang bergerak cepat melebihi bisnis media. Revolusi digital mempercepat bisnis media tersebut. Dengan pendapatan iklan yang mencapai $100 miliar, perusahaan tak bisa abai dengan perubahan konten online.


Melansir Grit Daily, Rabu (3/6/2020), media harus miliki lima hal ini agar tetap hidup dan survive di 2020.


1. Kustomisasi Konten

konten dan marketing surel telah mengubah lanskap digital selama beberapa tahun. Namun kampanye surel terkostumisasi dengan nama penerima tidak lagi memuaskan pengguna. Revolusi konten baru harus ada. Tentu dengan bantuan kecerdasan buatan.

Peran kecerdasan buatan di sini memungkinkan menghasilkan konten secara dinamis untuk pengguna secara personal. Program yang ada bisa mengubah konten berdasarkan siapa penggunanya. Konten harus menyesuaikan dengan selera personal masing-masing pengguna.


2. Tingkatkan Aktivisme Merk

Aktivisme sosial menjadi pendekatan harga mati untuk konten merk. Mau tak mau, media harus melakukan brand activism. Merk diharapkan lebih vokal di media sosial tentang pandangan sosio politik. Sebagai tanggung jawab sosial korporat, perusahaan harus fokus pada konten blog. Kemitraan dengan influencer yang terkenal dengan isu yang diusung. Misalnya, Kak Seto yang terkenal dengan isu pendidikan anak. Rhenald Kasali yang terkenal sebagai sosok intelektual.


3. Gunakan Micro-influencing

17% bisnis menghabiskan lebih dari anggaran pemasaran untuk influencer. Diperkirakan anggaran untuk influencer bakal naik tahun depan.


Misalnya, iklan video. Meski sebuah merk dari dulu sudah membicarakan otentisitas, baru-baru ini saja mereka tidak menggunakan nama besar sebagai konten video. Video perusahaan seperti TubeScience merekomendasikan performa video yang melibatkan aktor yang melihat dan terdengar layaknya pemirsa. Tujuannya agar terdengar asli dan jujur.


Seperti review jujur pengguna di media sosial. Keragaman menunjukan otentisitas. Di situlah merk ditemukan dan dikenal.


4. Konten Buatan pengguna

Konten buatan pengguna (user-generated content) mempunyai efek yang bagus untuk merk. Jika pengguna sendiri yang menghasilkan konten, orang akan lebih mudah percaya. Konten yang dihasilkan pengguna terkesan asli dan jujur dibandingkan dengan konten yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika orang sudah percaya dengan merk yang di-endorse pengguna, orang akan mempertimbangkan menggunakan merk tersebut. Konten buatan pengguna juga hemat biaya pemasaran. Singkatnya, konten buatan pengguna merupakan strategi beriklan secara terselubung.


90% pelanggan membeli barang karena ulasan pengguna. Untuk itu, media harus mempunyai blog yang memfasilitasi interaksi. Kemitraan dengan pengguna merk juga bisa dilakukan untuk mengulas produk, seperti lomba mengulas produk.


5. Konsolidasi Media Tradisional

Semakin media mendigital, semakin sedikit biaya untuk platform tradisional. Meski ini sudah berlaku, tahun 2020 ini lebih urgen untuk dilakukan.


Tahun lalu, Gennett mengakuisisi media GateHouse. GateHouse merupakan media terbesar di Amerika Serikat. Efek bola salju muncul ketika GateHouse mengambil momentum. Ketika pemirsa saluran tradisional menurun, konsolidasi serupa cenderung terjadi pada TV, radio, dan iklan outdoor.


Konsolidasi di sini berarti saluran tertentu akan didominasi oleh sedikit perusahaan media. Meski niche pemain akan selalu ada, penempatan pilihan akan menuntut merk untuk membangun hubungan dengan penerbit paling terkenal.


Lima hal inilah yang bakal mengubah media untuk selamanya. Sudahkah media Anda siap dengan perubahan ini? (Al-Hanaan)


Foto oleh Britta Jackson dari Pexels


Comments


bottom of page