Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina semakin memanas. Departemen Perdagangan AS menambahkan 33 perusahaan dan institusi asal Cina ke dalam daftar hitam mereka.
Seperti dilansir CNBC International, Sabtu (23/5/2020), langkah ini dilakukan AS untuk menindak perusahaan yang mendukung kegiatan militer Cina, serta menghukum mereka akibat perlakuan negatif terhadap Muslim Uighur di sana.
"Ada tujuh perusahaan dan dua institusi terdaftar yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran yang dilakukan dalam kampanye penindasan Cina. Penahanan sewenang-wenang massal, kerja paksa dan pengawasan teknologi terhadap Uighur," demikian bunyi pernyataan Departemen Perdagangan AS.
Sedangkan sebanyak dua lusin perusahaan lain, lembaga pemerintah, dan organisasi komersial ditambahkan karena upaya mereka yang mendukung pengadaan barang untuk digunakan oleh militer China.
Perusahaan yang masuk dalam daftar hitam tersebut berfokus pada kecerdasan buatan dan pengenalan wajah, yang dimana pasar mereka sama seperti beberapa perusahaan chip AS, yakni Nvidia dan Intel yang sudah banyak berinvestasi.
Di antara perusahaan tersebut, ada perusahaan AI paling terkenal di China, yakni NetPosa. Dikabarkan anak perusahaan NetPosa khusus pengenal wajah ternyata terkait dengan pengawasan Muslim Uighur di China.
Ada pula Qihoo360, perusahaan besar cybersecurity yang dihapuskan dari Nasdaq pada tahun 2015, baru-baru ini menjadi berita utama karena mengklaim telah menemukan bukti alat peretas CIA digunakan untuk menargetkan sektor penerbangan China. (Arie Nugroho)
Bình luận