Meskipun perekonomian Indonesia saat ini dilanda krisis akibat wabah Covid-19, daya beli masyarakat Indonesia ternyata masih tinggi. Hal itu tercermin melalui survei perihal consumer behaviour track. Melalui survei itu, diketahui bahwa 46 persen konsumen tetap akan membeli perlengkapan ibadah dan 43 persen belanja produk fesyen untuk Ramadhan. Dalam survei yang dilakukan terhadap konsumen usia 18 hingga 55 tahun ini, terungkap bahwa lebih dari 30 persen konsumen menunda belanja furniture dan ponsel. Untuk kategori lainnya, terdapat 20 hingga 25 persen konsumen yang batal atau menunda membeli barang-barang tersebut. "Keputusan ini diambil konsumen untuk menjaga stabilitas dan keamanan finansial mereka. Selain itu, konsumen memperkirakan tidak akan sering keluar rumah dan bertemu orang lain, sehingga barang-barang tersebut tidak lagi menjadi prioritas dalam waktu dekat," ujar CEO SurveySensum & NeuroSensum, Rajiv Lamba, kepada MyCity, Jumat (15/5/2020). Secara keseluruhan terdapat 37 persen konsumen yang mengurangi pengeluaran jalan-jalan di bulan Ramadhan ini. Di kalangan konsumen kelas menengah, hampir separuh konsumen menekan pengeluaran di pos tersebut. Pos pengeluaran lain yang berbeda dibanding Ramadhan tahun lalu adalah Tunjangan Hari Raya (THR) untuk asisten rumah tangga atau supir pribadi. Yang menarik, 4 persen konsumen kelas atas justru menambah budget THR, sedangkan 35 persen kelas menengah mengurangi pengeluaran untuk THR. "Dari sini kita bisa lihat bagaimana kelas menengah ikut terpukul oleh situasi krisis akibat pandemi ini. Konsumen kelas atas pun terpukul, namun mereka masih punya cukup daya untuk berbagi dengan memberikan THR dan hadiah untuk orang-orang terdekat," dia menambahkan. Sebelum pandemi COVID-19, platform belanja online lebih banyak digunakan untk membeli produk-produk fesyen dan elektronik. Namun sejak pandemik konsumen pun membeli produk lain secara online termasuk kebutuhan sehari-hari termasuk sembako, sayur, makanan jadi, dan buah. (Arie Nugroho)
top of page
bottom of page
Comments