top of page

Kemenperin Kembangkan AiMS Untuk Pantau Limbah dan Emisi Secara Real Time

  • Al-Hanaan
  • Aug 29, 2020
  • 3 min read

Updated: Oct 9, 2020


Peta jalan Making Indonesia 4.0 berisi 10 prioritas nasional yang mempercepat perkembangan industri manufaktur guna menyongsong revolusi industri 4.0.


Salah satu prioritas nasional bertujuan mengakomodasi standar-standar keberlanjutan (sustainability) untuk memberikan manfaat jangka panjang bagi sektor industri di masa depan.



"Standar-standar keberlanjutan perlu menjadi perhatian penting dalam implementasi program prioritas Making Indonesia 4.0, karena sektor industri ternyata tidak hanya memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, namun juga memiliki konsekuensi terhadap lingkungan, seperti semakin berkurangnya ketersediaan sumber daya alam dan daya dukung serta daya tampung lingkungan," kata Doddy Rahadi, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (28/8/2020).


Era revolusi industri 4.0 menekankan pola digital, kecerdasan buatan (artificial intelligence), big data, dan robotika.


Kecanggihan ini bisa diterapkan di bidang lingkungan untuk memantau kualitas limbah dan emisi. Dengan sistem teknologi pemantauan digital, data dapat langsung dikirimkan secara real time melalui internet menuju suatu pusat data.


Kualitas limbah dan emisi yang dihasilkan harus berada di bawah ambang batas baku mutu limbah dan emisi sesuai peraturan yang berlaku. Untuk itu, kualitas limbah dan emisi harus dipantau secara berkala.


Hal ini bertujuan untuk mengendalikan dampak pencemaran dan mempertahankan daya dukung, serta daya tampung lingkungan sekitar.



"Untuk itu, kami mendorong industri untuk menggunakan teknologi revolusi industri 4.0," tambah Doddy.


Teknologi pemantauan kualitas limbah dan emisi berkembang dengan menggandeng teknologi lain yang berbasis sensor elektrokimia, optical spectroscopy, maupun biosensor.


Tantangan di masa depan adalah penyediaan teknologi yang murah dan standarisasi metode untuk analisa, serta interpretasi data yang dihasilkan.


Di sisi lain, Direktur Pengendalian Pencemaran Air Ditjen. Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK), Luckmi Purwandari pemerintah saat ini sedang mencoba menerapkan sistem pemantauan kualitas limbah dan emisi secara terus menerus.


Hal ini disampaikan pada webinar bertajuk "Revolusi Industri 4.0 untuk Pencegahan Pencemaran Industri" yang diadakan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, Semarang, Kamis (27/8/2020).


"Untuk air limbah, sebagian industri harus melakukan pemantauan kualitas limbahnya dan diintegrasikan dalam Sistem Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan (SPARING). Begitu pula untuk emisi, sebagian industri harus memasang Sistem Pemantauan Emisi Berkelanjutan (Continous Emission Monitoring System/CEMS) yang diletakkan di dalam cerobong dan diintegrasikan dalam Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Secara Kontinyu (SISPEK)," papar Luckmi.


Pada kesempatan itu, Kepala BBTPPI Kemenperin, Ali Murtopo Simbolon mengatakan siap untuk mendukung industri nasional terkait implementasi sistem pemantauan kualitas limbah dan emisi.


Lebih jauh, Ali menjelaskan BBTPPI telah mengembangkan Adaptive Monitoring System (AiMS). AiMS adalah konsep multiplatform yang digunakan sebagai sistem monitoring lingkungan.


AiMS dapat dikoneksikan dengan bermacam sensor yang dikembangkan untuk memantau lingkungan dan berfungsi sebagai unit control cemaran.


"Selain dapat digunakan pada multiplatform, AiMS menggunakan konsep low cost, sehingga industri mampu mengaplikasikan teknologi ini dengan biaya instrumentasi yang terjangkau," jelas Ali.


Pada 2019, BBTPPI berhasil mengembangkan sistem monitoring udara secara real time dan online. Sisitem ini diaplikasikan di PT Ungaran Sari Garments dan CV Jadi Jaya Makmur.



Di PT Ungaran Sari Garments AiMS digunakan sebagai sistem monitoring emisi dengan parameter SO2, NOx, O2, CO, CO2, laju alir buangan, dan analisis beban CO2.


Sedangkan di CV Jadi Jaya Makmur, AiMS digunakan sebagai parameter NH3 dan analisis efisiensi eliminasi NH3, serta kontrol kinerja wetscrubber.


"Selain diaplikasikan di perusahaan industri, sistem sistem monitoring udara ini juga telah diuji coba untuk memonitor kualitas udara di Kota Semarang dan Kota Bandung," imbuh Ali. (Al-Hanaan)



Kommentare


bottom of page