Cuan Rp16 T Lepas Saham Permata, Astra Pakai Strategi Ini Agar Tetap Laba
- MyCity News
- Aug 25, 2020
- 2 min read

Perusahaan otomotif, PT Astra International Tbk (ASII) menahan diri untuk ekspansi bisnis, termasuk akuisisi di masa pandemi Covid-19. Saat ini, Astra fokus memperkuat neraca keuangan perusahaan.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro mengatakan Astra berupaya memperkuat keuangan dan investasi jangka panjang bilamana ada peluang.
"Penjualan Permata kita prioritaskan perkuat neraca keuangan, belum ada rencana akuisisi atau investasi yang bisa disampaikan. Prioritas perkuat neraca keuangan tapi andaikata ada peluang baik yang berikan upside mungkin jangka panjang kami juga tertarik," kata Djony dalam konferensi virtual, Senin (24/8/2020).
Astra International mendapat dana sebesar Rp16,38 triliun setelah melepas 44,56% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) sebesar 12,49 miliar kepada Bangkok Bank.
Lebih jauh, Astra juga menunda belanja modal (capital expenditure) sampai waktu yang ditentukan.
"Strategy financial re-look belanja modal kami. Cash sangat penting sehingga ada belanja modal yang penting tapi bisa ditunda ya kami tunda karena kami gak tahu sampe kapan. Saat situasi membaik kapasitas produksi, outlet cabang akan kami kembangkan," terang Djony.
Pada semester I-2020, laba bersih Grup Astra menurun sebesar 44% menjadi Rp5,5 triliun. Penurunan laba disebabkan oleh penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan akibat pandemi Covid-19.
Meski turun, laba semester I-2020 meningkat menjadi Rp11,38 triliun atau naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu Rp9,80 triliun. Laba bersih ini termasuk pelepasan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) kepada Bangkok Bank Public Company Limited pertengahan Mei 2020.
Pendapatan bersih perusahaan Grup Astra turun 23% menjadi Rp89,79 triliun dari sebelumnya Rp 116,18 triliun.
Laba bersih jasa keuangan Astra menurun 25% menjadi Rp2,1 triliun selama semester I-2020. Ini disebabkan peningkatan provisi untuk menutupi kerugian kredit bermasalah di bisnis pembiayaan konsumen dan alat berat.
Laba bersih dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi menurun sebesar 29% menjadi Rp2,4 triliun. Laba ini diperoleh dari penjualan alat berat dan kecilnya volume kontrak penambangan akibat penurunan harga batu bara.
Sementara itu, laba bersih divisi agribisnis mencapai Rp312 miliar. Laba ini meningkat dibandingkan laba bersih pada semester I-2019 karena peningkatan harga minyak kelapa sawit.
Divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat rugi bersih Rp 88 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 83 miliar pada semester pertama tahun 2019, terutama disebabkan penurunan pendapatan jalan tol.
Di sisi lain, laba bersih segmen teknologi informasi menurun sebesar 64% menjadi Rp16 miliar akibat penurunan pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk (AG) yang 76,9% sahamnya dimiliki Perseroan.
Terakhir, laba bersih divisi properti Astra meningkat dari Rp32 miliar menjadi Rp71 miliar karena tingkat hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences. (Al-Hanaan)
Foto: Istimewa
Comments