Penyebaran wabah Covid-19 yang disebabkan oleh penularan virus Corona semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.
Situasi ini membuat berbagai negara berlomba-lomba mencipatakan strategi untuk memerangi virus ini. Kini, muncul istilah Herd Immunity di dunia kesehatan sebagai upaya perlindungan tubuh.
Herd Immunity sebelumnya digunakan di Salvador, Brasil, pada 2017 lalu dan sukses mengakhiri penyebaran virus Zika.
Lantas, apa itu Herd Immunity? Ini merupakan bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular. Akan tetapi, kondisi ini baru akan terjadi ketika sebagian besar populasi kebal terhadap infeksi, sehingga mampu menciptakan perlindungan bagi individu yang tidak kebal.
Herd immunity bisa muncul dengan cara membiarkan virus terus menyebar sehingga banyak orang terinfeksi dan apabila mereka sembuh, banyak orang akan kebal sehingga wabah akan hilang dengan sendirinya karena virus sulit menemukan inang untuk membuatnya tetap hidup dan berkembang.
Semakin banyak orang yang mengalami Herd Immunity akan berdampak bagi lingkungan sosialnya yaitu melindungi kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit atau virus yang menyerang.
Sedangkan menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Herd Immunity didefinisikan sebagai situasi atau keadaan di mana semakin banyak masyarakat dalam suatu lingkungan sosial memiliki tingkat kekebalan tinggi terhadap penyakit menular yang dapat menghambat hingga memutus proses penyebarannya virus dari orang.
Ada dua cara untuk menciptakan Herd Immunity. Pertama, dengan cara menyuntikkan vaksinasi atau obat untuk penangkalan penyebaran virus tersebut. Kekebalan tersebut akan muncul dari vaksin yang disuntikkan dan tidak membuat virus dari orang yang terjangkit menular pada orang lain.
Cara kedua adalah suntik vaksin. Herd Immunity akan tercipta apabila dalam satu kelompok sudah banyak yang terpapar virus, maka orang lain dalam masyarakat tersebut akan memiliki tingkat kekebalan yang baik dengan sendirinya dan bisa menangkal penyebaran virus.
Gagal di Inggris dan Belanda
Inggris menjadi negara pertama yang menerapkan Herd Immunity. Pemerintah di sana mendorong munculnya kekebalan alami dengan membiarkan sekolah, teater, danberbagai tempat publik lainnya terbuka untuk umum.
Kala itu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menilai pembatasan sosial hanya akan menimbulkan keresahan sosial. Meski demikian, Johnson kemudian menangguhkan kebijakannya disebabkan hasil analisis ahli imunologi dari Imperial College London.
Analisis tersebut mengungkapkan 30 persen dari pasien positif virus Corona di Inggris mendapatkan perawatan intensif. Jika hal itu terjadi di inggris, fasilitas kesehatan negara akan terguncang.
Kegagalan herd immunity juga terjadi di Belanda. Perdana Menteri Mark Rutte pada 19 Maret 2020 mengatakan kekebalan kawanan adalah strategi pemerintahnya dalam mengontrol penyebaran virus tanpa pembatasan sosial.
Strategi itu disetujui oleh mayoritas anggota parlemen. Pada akhirnya eksperiman tersebut tidak berhasil. Seperti dinukil Whizz Flash, Rabu (6/5/2020), kegagalan terjadi karena pemerintah Belanda membiarkan anak muda keluar rumah. Kelompok umur ini memang jarang menunjukkan gejala Covid-19, yaitu demam, batuk, dan sesak napas.
Tapi kenyatannya, mereka justru yang paling banyak terinfeksi di Belanda. Kondisi itu diperparah dengan kontak anak-anak muda dengan kelompok rentan. Kasus infeksi bukan menurun, malah semakin banyak dan tidak dapat ditangani oleh sistem layanan kesehatan di sana.
top of page
Search
bottom of page
Comentarios