Ada banyak kegiatan positif yang bisa kita lakukan selama berada di rumah karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Belajar Bahasa asing menjadi salah satunya.
Belajar bahasa asing bukanlah hal mudah. Itu karena belajar bahasa baru memerlukan waktu yang panjang karena kita harus mengenal kultur dan budaya di negara tersebut.
Meski demikian, menurut penelitian yang baru-baru ini diterbitkan jurnal Cognition, tidak mustahil bagi manusia dewasa bisa fasih menggunakan bahasa lain, biarpun tentunya tidak semudah mereka yang belajar sebelum menginjak umur 18 tahun.
Kini, ada aplikasi yang bisa mempermudah kita dalam mempelajari bahasa asing. Salah satu aplikasi macam itu yang paling populer adalah Duolingo. Aplikasi ini menawarkan kursus gratis dalam 30 bahasa yang berbeda.
Duolingo menerima lonjakan pendaftaran murid baru sejak pandemi berlangsung. Menurut Kris Broholm, blogger dan podcaster di situs Actual Fluency."Duolingo adalah aplikasi bahasa terbaik di pasaran saat ini."
"Aplikasi pembelajaran bahasa kadang memberi orang kesan mereka lebih fasih dari yang sebenarnya," ujar Richard Simcott, seorang poliglot (seseorang yang menguasai empat bahasa atau lebih) terkenal, yang telah mempelajari lebih dari 50 bahasa.
"Mempelajari sebuah bahasa itu harus total, sampai ke titik bahasa tersebut menjadi bagian dari dirimu, dan bisa langsung muncul di kepala ketika kamu butuh mengucapkan atau menuliskannya."
Aplikasi bahasa menggunakan teknik repetisi untuk membantu orang menghafal kata-kata dan istilah, tapi tidak memberitahu kita seberapa banyak sebetulnya kata-kata yang tidak mereka masukan ke dalam latihan.
"Ini bukan hal buruk juga sih karena lebih baik bagi seseorang untuk mengira mereka lebih baik dari sesungguhnya agar mereka ada rasa percaya diri untuk terus belajar," ujarnya.
Untuk mendapatkan rasa percaya diri itu di awal, Broholm menganjurkan pemula untuk fokus di kata-kata atau frasa yang dibutuhkan agar mereka bisa mendeskripsikan diri sendiri dan hidup mereka. "Kebanyakan percakapan awal selalu melibatkan informasi yang itu-itu saja kok," ujarnya.
Di era sulit seperti pandemi corona ini, menjaga semangat untuk sebuah proyek jangka panjang seperti mempelajari bahasa baru memang tidak mudah. Cara bagus adalah untuk menetapkan target kecil yang mudah dicapai.
"Kalau satu-satunya targetmu adalah untuk menjadi fasih saat ngobrol, kamu akan kecewa selama berbulan-bulan. Tapi kalau tujuannya memperkenalkan diri ke sebuah bahasa baru, setelah satu sesi kamu akan merasa puas," kata Broholm.
Teknik lain yang bisa dicoba adalah menciptakan rutinitas dari proses pembelajaran ini. Simcott menyarankan kita agar memasang kalender pengingat di jam-jam tertentu untuk menandai waktu latihan.
"Di titik tertentu, akibat repetisi berulang-ulang, kamu akan terbiasa dengan bahasa tersebut dan menjadikannya kebiasaan," dia menegaskan.
Tentu saja siapapun dengan akses internet bisa mengakses kurus gratis—Simcott sendiri menawarkan tips dan trik setiap minggu secara cuma-cuma. Film dan video dalam bahasa asing, cerita anak-anak bahkan artikel berita bisa menjadi alat untuk mengasah kemampuan.
Tapi, jelas Simcott, mengingat apa yang sudah kita pelajari ketika mengerjakan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah atau duduk di bis atau kereta juga proses yang penting.
"Yang membedakan orang yang sukses belajar bahasa dengan yang tidak adalah seberapa sering mereka memikirkan hasil belajar hingga sesi les berikutnya," tutur dia.
Kuncinya di sini adalah menemukan cara untuk melatih apa yang baru saja kamu pelajari—dan ini berbeda bagi setiap orang. Misalnya, kalau kita tipe orang yang belajar secara oral, mungkin akan lebih membantu untuk berbicara keras-keras dan menarasi kegiatan sehari-hari, menggunakan kosakata yang kita telah pelajari. (Arie Nugroho)
Comments