Capital Outflow Indonesia Melambat, Ekonomi Perlahan Pulih
- MyCity News
- Aug 10, 2020
- 3 min read

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memaparkan keluarnya dana asing (capital outflow) mulai berkurang, termasuk instrumen portfolio. Sebelumnya, modal asing ditarik dari Indonesia secara besar-besaran karena pandemi global.
"Dampak Covid-19 ke kegiatan ekonomi sangat dalam, banyak ekonomi negara [lain di dunia] terkontraksi karena PSBB [pembatasan sosial berskala besar atau lockdown di negara lain] dan terjadi di Q1 seperti di China Q1 minus 6,8 dan meskipun rebound di Q2," kata Sri Mulyani dalam paparan daring program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Senin (10/8/2020).
"Maka kontraksi ekonomi terdalam terjadi di Q2, sebagian negara sudah ada negatif growth di Q1. Prancis Q1 negatif 5,7% yoy [year on year], maka pada Q2 diperkirakan 17,2%, kontraksi bisa realisasi hingga minus 19%. Singapura Q1 negatif dan Q2 minus 12,6%, tadinya proyeksi kontraksi minus 6,8, ternyata jauh lebih dalam," tambah mantan direktur eksekutif IMF.
Singapura mengumumkan ekonomi di Q2 2020 sebesar -41,2% dibandingkan Q1 2020. Bila dibandingkan dengan Q2 2019, ekonomi Singapura pada Q2 2020 sebesar -12,6%.
"RI Q1 masih miliki pertumbuhan positif 2,97% dan Q2 terkontraksi 5,3%, jadi kontraksi lebih dalam di awal, sama dengan negara lain. Korsel Q1 positif dan Q2 minus 2,9%. Vietnam dalam hal ini masih 3,8% dan Q2 mendekati 0%. China minus 6,8% Q1 dan Q2 rebound 3,2%," ungkap Sri Mulyani.
"Jadi semua negara di posisi luar biasa hadapi Covid ini dan beberapa pulih, karena kontraksi ini cukup dalam terjadi karena PSBB dari awal Covid ini," lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Dampak Covid-19 ke pasar keuangan global sudah mengalami penurunan volatilitas (normalisasi) dibandingkan sebelumnya pada awal Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi.
"Dari sisi pengaruh Covid ke pasar keuangan dan dirasakan paling berat pada saat Maret-April dan bertahap menuju kepada stabilisasi dari volatilitas ini dari akhir Mei dan Juni Lalu. Arus modal ke emerging market [negara berkembang, termasuk RI] mulai pulih, setelah capital outflow besar dalam waktu singkat," ungkap Sri Mulyani.
Mengutip data Bloomberg, Menkeu menunjukkan capital outflow sempat mencapai Rp 100 triliun, lalu naik lagi mendekati Rp 150 triliun tetapi saat ini sudah perlahan melambat dan menjadi sekitar Rp 130 triliun.
"RI capital outflow Rp 120 triliun di Maret dan timbulkan gejolak. Angka Covid-19 [yang positif di RI] capai 121.000 dan meninggal di atas angka 5.000 orang. Dari titik lokasi muncul Covid-19 di Maret dan muncul kepanikan. Epicentrum Covid masih di Jawa, dan di luar pulau Jawa, Sulsel dan Sumbar juga perhatian," terang Sri Mulyani.
Di pasar surat utang RI, pihak asing cenderung menambah porsi kepemilikan. Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan (DJPPR) Kemenkeu mencatat, porsi asing di SBN RI mencapai Rp 942,93 triliun (terdiri dari SUN Rp 915,26 triliun dan SBSN Rp 27,67 triliun) per 6 Agustus.
Jumlah itu bertambah Rp 16,2 triliun dari posisi 31 Maret 2020 saat bulan pertama RI terinfeksi corona, yakni Rp 926,91 triliun (terdiri dari SUN Rp 895,94 triliun dan SBSN Rp 30,97 triliun).
Di sisi lain, pembelian asing di pasar negosiasi dan tunai Rp16,02 triliun berlangsung di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan di pasar reguler, net sell asing berlangsung sebesar Rp 39,32 triliun secara year to date hingga penutupan sesi II, Senin ini (10/8).
Melihat fakta di atas, Sri Mulyani memaparkan angka Purchasing Manager's Index (PMI) yang menjadi salah satu indikator pemulihan ekonomi atau rendahnya volatilitas pasar. Dalam PMI manufaktur, angka 50 adalah ambang batas. Jika angka di bawah 50 berarti kontraksi dan di atas 50 berarti ekspansi.
"Dari sektor manufaktur, terlihat pemulihan yang sebelumnya kontraksi sekarang posisi PMI positif di atas 50, seperti PMI AS, China, Uni Eropa dan RI yang dekati angka 50 dan India 46, serta Jepang di 45," ujarnya.
PMI sendiri mencerminkan aktivitas industri sebesar 46,9 pada Juli naik 7,8 poin dibandingkan Juni yang sebesar 39,1. Angka pada Juli ini terbesar sejak bulan Februari sebelum pandemi. (Al-Hanaan)
Image by Mediamodifier from Pixabay
Comments