top of page

Bos IBM Indonesia Tekankan 3 Hal Dalam Transformasi Digital Perbankan

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Sep 4, 2020
  • 2 min read


Pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital. Aturan lockdown memaksa banyak orang harus tinggal di rumah. Di sisi lain, kegiatan ekonomi harus tetap berjalan. Oleh sebab itu, bekerja dari rumah dan transaksi daring menjadi marak di masa pandemi global.


Presiden Direktur IBM Indonesia, Tan Wijaya mengatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam melakukan transformasi digital, yaitu safety compliance, customer, dan ecosystem.


Hal ini ia sampaikan saat Webinar CNBC Indonesia bertajuk "Sistem Pembayaran Digital Jadi Jurus Ampuh Saat Pandemi Covid-19 & Masa Depan," Kamis (3/9/2020).


"Ekosistem ini menjadi penting karena pelaku perbankan harus bekerjasama dengan pelaku tekfin di tengah perubahan perilaku konsumen seperti ini yang menuntut penyediaan layanan perbankan digital," kata Tan Wijaya.



Semakin hari semakin banyak pelaku perbankan yang merambah ke layanan digital. Di pihak lain, pelaku perbankan dunia sudah mulai menjajaki tahap selanjutnya, yaitu perbankan kognitif (cognitive enterprise). Kognitif perbankan adalah transformasi tahapan selanjutnya di mana data dan kecerdasan buatan mengambil peran penting.


"Misalnya, pada saat nasabah melakukan pembayaran dimungkinkan secara teknologi untuk melihat profilnya - sehingga profiling bisa dilakukan dan bisa dimanfaatkan untuk cross-selling pada saat yang bersamaan," ungkap Tan Wijaya.


Lebih jauh, Wijaya mencontohkan deteksi awal penipuan (fraud). Ini terjadi ketika seseorang mengambil uang di sebuah ATM lalu pindah ke ATM lain yang lokasinya jauh. Profiling transaksi ini berguna untuk mendeteksi penipuan. Untuk menunjang hal tersebut, infrastruktur yang bisa digunakan adalah hybrid cloud.


"Teknologi ini memungkinkan kapasitas perbankan yang lebih agile dan volatile. Misalnya, ketika terjadi lonjakan transaksi saat harbolnas, dengan hybrid cloud pelaku perbankan bisa meningkatkan kapasitas transaksinya dengan lebih mudah," jelas Tan Wijaya.


Banyak pembahasan mengenai open banking yang memungkinkan pelaku perbankan berbagi data ke pihak di luar perbankan. Open banking membuka kesempatan kolaborasi bagi pelaku perbankan dan pelaku tekfin.


"Salah satu trend yang terjadi saat ini adalah teknologi KYOK atau Keep Your Own Key. Teknologi ini pada dasarnya memungkinkan data yang terenkripsi untuk diserahkan ke pihak di luar perbankan dan pihak ketiga hanya perlu meminta akses untuk mendapatkan key atau kuncinya kepada pemberi data," terang Wijaya.



Penyelenggaraan open banking memerlukan ekosistem yang kuat dan melibatkan pelaku perbankan dan pelaku tekfin. Dengan begini, transformasi digital tak berhenti sampai di digital banking tetapi berlanjut hingga ke perbankan kognitif.


"IBM sebagai perusahaan yang telah berdiri lebih dari 100 tahun dan 83 tahun di Indonesia (sejak tahun 1937), senantiasa melakukan inovasi teknologi."



Menurut survei IDC pada April 2020, masyarakat banyak yang melakukan contactless payment, mobile payment dan card payment. Artinya, masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan di tengah pandemi global.


Untuk itu, pelaku perbankan harus mempercepat transformasi digital untuk mengakomodasi pembayaran tanpa tatap muka langsung. (Al-Hanaan)


Image by William Iven from Pixabay



Comments


bottom of page