top of page
Writer's pictureMyCity News

Astana, Kota Magis & Surganya Para Arsitek




Kota Astana di Kazakhstan dulunya merupakan kawasan padang rumput yang luas. Kini, kota ini menjelma menjadi kota futuristik dengan beragam bangunan berasitektur ajaib. Berbagai bangunan ajaib yang ada di Astana tak datang dalam sehari. Semua ini dirancang selama lebih dari 20 tahun. Semua bermula ketika Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev memindahkan ibu kota dari Almaty ke Astana pada tahun 1997. Dataran hijau nan luas ini sebelumnya bernama Akmola, sebuah kawasan yang pernah pula difungsikan sebagai penjara Soviet. Di tengahnya, mengalir Sungai Ishim nan segar. Kini, Astana menjelma kota furutistik dengan ragam bangunan berarsitektur visioner macam Istana Perdamaian. Sebuah bangunan piramida setinggi 60 meter hingga Central Concert Hall, salah satu gedung konser terbesar di dunia yang bentuk bangunannnya serupa dombra, instrumen musik tradisional Kazakhstan.


Lebih jauh, desain futuristik bangunan di Astana pun merepresentasikan semangat dan ambisi Kazakhstan sebagai pusat Eurasia. "Desain arsitektur sebuah kota selalu merepresentasikan perkembangan negara, teknologi dan budayanya. Sebab hal tersebut, desain arsitektur di Astana, yang mencampurkan budaya Timur dan Barat, sangat sesuai dengan semangat kota ini yang memposisikan dirinya sebagai pusat Eurasia," ujar Serik Rustambekov seorang arsitek setempat seperti dikutip dari CNN International, Kamis (14/5/2020). Iklim di Astana membuat proses pembangunan jauh lebih rumit. Di musim dingin suhu bisa turun hingga minus 40 derajat Celcius, menjadikannya ibu kota terdingin kedua di dunia. Di musim panas, terik matahari dapat mencapai 30 derajat Celcius.


Menurut George Keliris, seorang insinyur struktural di Buro Happold, varian suhu ini terbukti sangat menantang ketika membangun Istana Damai. "Kami harus membangun sistem dapat yang menghilangkan tekanan atas suhu dan membiarkan struktur bangunan bisa bernapas," katanya. Solusi yang mereka buat adalah dengan mengunci salah satu sudut piramida, sambil menempatkan sudut yang tersisa dengan bantalan jembatan. Meskipun biasa digunakan dalam pembuatan jembatan, bantalan semacam ini tidak pernah dibangun untuk sebuah bangunan. "Pada dasarnya, bangunan ini memakai sepatu roda," kata Keliris. "Karena iklim, (struktur) pasti lebih futuristik." (Arie Nugroho)

3 views0 comments

Commentaires


bottom of page