top of page

22 Negara Resmi Resesi, Akankah Indonesia Menyusul?

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Aug 24, 2020
  • 2 min read

Banyak negara di dunia yang jatuh ke lubang resesi akibat pandemi Covid-19. Banyak negara yang membatasi pembatasan sosial (lockdown) sebagian atau seluruh wilayah demi mencegah penyebaran infeksi. Akibatnya, aktivitas terhenti dan ekonomi ambruk.



Saat ini ada 22 negara yang jatuh ke lubang resesi, diantaranya:


1. Asia (7 negara)

Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong.


2. Amerika (2 negara)

Amerika Serikat dan Meksiko.


3. Eropa (13 negara)

Inggris, Polandia, Jerman, Prancis, Spanyol, Austria, Belgia, Finlandia, Latvia, Lithuania, Belanda, Skotlandia, dan Italia.



Menanggapi kondisi ini, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Shinta Kamdani memandang Indonesia akan mengalami resesi karena ekonomi Indonesia tampak sulit tumbuh di kuartal III (Q3) mendatang.


"Saat ini kelihatannya sulit untuk menghindari resesi karena di Q3 secara realistis ekonomi akan tetap tumbuh negatif walaupun akan ada perbaikan yg cukup signifikan dari Q2," terang Shinta, Minggu (23/8/2020).


Meski demikian, Shinta tak saklek dengan pandangannya. Kemungkinan akan selalu ada, termasuk kemungkinan pertumbuhan positif ekonomi di Q3.


Lebih jauh, Shinta menjelaskan pertumbuhan positif ekonomi bergantung pada upaya pemerintah sendiri dalam mendistribusikan rangsangan dan meningkatkan penyerapan APBN.



Selain itu, peningkatan efisiensi dan daya saing iklim usaha nasional untuk menarik modal (capital) baru yang dibutuhkan sektor riil nasional.


"Ini bukan hal yang mudah karena hingga tengah Q3 ini pun pelaku usaha merasakan peningkatan konsumsi tidak cukup signifikan, stimulus-stimulus belum didistribusikan dengan maksimal dan realisasi belanja pemerintah juga masih rendah," tambah Shinta.


Di sisi lain, pengendalian Covid-19 dari sisi kesehatan juga kurang baik sehingga mempengaruhi kepercayaan pasar dalam melakukan konsumsi dan investasi.


"Untuk itu, kami harap dalam waktu dekat pemerintah lebih fokus pada pencairan stimulus-stimulus kepada masyarakat dan pelaku usaha yang membutuhkan, mempercepat penyerapan APBN, APBD mempercepat reformasi iklim usaha dan investasi," jelas Shinta.


"Serta mengendalikan Covid-19 agar confidence masyarakat untuk melakukan konsumsi dan confidence pelaku usaha untuk berinvestasi dan meningkatkan kinerja ekonomi juga meningkat sehingga pertumbuhan 0% di akhir tahun masih realistically achievable," lanjut Shinta.



Pada Q2 2020, Indonesia mengalami resesi teknikal di mana produk domestik bruto (PDB) berkontraksi sebesar 5,32% dalam basis tahunan (year-on-year/YoY). Sebelumnya, perekonomian Indonesia tumbuh positif 2,97% pada Q1 2020.


Resesi sendiri bila PDB negara berkontraksi atau minus secara basis tahunan selama dua kuartal berturut-turut. (Al-Hanaan)


Image by Gerd Altmann from Pixabay


Comentarios


bottom of page