top of page

2018 Rugi, Krakatau Steel & Dirgantara Indonesia Kini Cetak Laba

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Jun 27, 2020
  • 2 min read

ree

Ada tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami kerugian pada 2018. Namun, dua di antaranya kini mulai mencetak laba.


Hal itu diungkapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, dalam rapat kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI pada Desember 2019 lalu.


Kal itu, Sri Mulyani mengatakan pihaknya ingin memberikan ruang untuk Menteri BUMN, Erick Thohir, beserta jajarannya untuk melakukan evaluasi terhadap tujuh BUMN tersebut.


Baca Juga:


"Menteri BUMN sekarang sedang lakukan evaluasi dengan dua wamennya. Mereka sedang menjalankan itu nanti kami lihat, bagaimana bentuk policy yang dibutuhkan BUMN tersebut," ujar Sri Mulyani kala itu.


Ketujuh BUMN yang mengalami kerugian adalah PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan Krakatau Steel.


Ada berbagai alasan di balik meruginya ketujuh BUMN tersebut pada 2018, di antaranya kinerja keuangan perusahaannya yang tidak efisien dan beberapa persoalan teknis lainnya.


Kini, dua dari tujuh BUMN ini sudah bisa mencetak laba. Kedua BUMN tersebut adalah PT Karakatau Steel Tbk (KRAS) dan PT Dirgantara Indonesia.


1. PT Krakatau Steel Tbk


Setelah bertahun-tahun mengalami kerugian, Krakatau Steel menyampaikan prognosa laba bersih pada kuartal I-2020 sebesar 20 juta dolar AS atau Rp320 miliar.


Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim menjelaskan, prognosa perolehan laba bersih ini disebabkan karena perusahaan telah melakukan restrukturisasi utang besar-besaran pada awal tahun 2020. Dengan demikian, beban utang perseroan mengalami penurunan.


"KRAS sudah dibukukan profit setelah 8 tahun rugi. Bottom line [laba bersih] sudah positif di Q1, dari prognosa kemarin, sekitar 20 juta dolar AS di Q1-2020," terang Silmy Karim pada Jumat (27/3/2020) lalu.


Pada awal tahun ini, emiten dengan kode saham KRAS ini sudah menyelesaikan proses restrukturisasi utang senilai 2 miliar dolar AS atau setara Rp27,22 triliun. Ini merupakan restrukturisasi utang terbesar yang pernah ada di Indonesia.


2. PT Dirgantara Indonesia


PT Dirgantara Indonesia menderita kerugian mencapai 38,5 juta dolar AS pada 2018. Kini, mereka sudah berhasil mencatatkan laba bersih. Hal itu terungkap pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) anatar Komisi VII DPR bersama dengan BUMN Industri Strategis pada 12 Februari 2020 lalu.


Laba bersih PTDI pada 2019 tercatat 10,5 juta dolar AS atau setara dengan Rp147 miliar. Laba bersih dipengaruhi oleh pendapatan perseroan yang naik hingga 259,7 juta dolar AS atau Rp3,64 triliun.


Pada 2019 PTDI memiliki 4 pesawat CN235 dan 6 pesawat NC212. Di 2021 nanti, perseroan berharap memiliki tambahan 2 pesawat CN235. PTDI berkantor pusat di Jl Pajajaran Nomor 154 Bandung dan memiliki pabrik di Batuporon Surabaya dan Tasikmalaya. (Arie Nugroho)

Comments


bottom of page