Singa Banyak Diburu di Cina untuk Obat & Olahan Wine
- MyCity News
- Jun 20, 2020
- 2 min read

Kelelawar merupakan satu di antara hewan populer untuk dijadikan obat dan makanan di Cina. Meski demikian, tulang Singa pun di sana dijual untuk obat hingga olahan wine.
Meskipun tak seppopuler Kelelawar dan Trenggiling, ternyata masih banyak orang yang menyelundupkan Singa secara diam-diam untuk diambil tulangnya. Hal ini diketahui setelah banyak peternakan di Afrika yang membunuh ratusan Singa.
Melalui buku berjudul 'Unfair Game,' diketahui banyak peternakan yang membesarkan ratusan Singa. Mereka kemudian ditembak dan disembelih. Demikian dilansir dari Red Chilli 21, Sabtu (20/6/2020).
Baca Juga:
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa tulang singa menjadi barang berharga yang dikirim ke Cina dan beberapa negara di Asia Tenggara untuk mencukupi permintaan pasar. Biasanya tulang-tulang singa ini digunakan sebagai obat tradisional yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Bahkan banyak juga yang membuat tulang-tulang singa ini menjadi minuman seperti wine hingga perhiasan eksotik yang berharga fantastis.
Beberapa singa sering diambil tulangnya dalam keadaan hidup-hidup, tujuannya agar warna tulang lebih berwarna kemerahan dari darah yang menempel. Jenis tulang berwarna merah ini harganya bisa mencapai 3,200 poundsterling (Rp56,7 juta) untuk kerangka satu ekor singa.
Tapi ternyata konsumsi tulang singa ini memiliki efek samping pada kesehatan tubuh. Menurut Dokter Peter Caldwell selaku pengurus organisasi hewan liar di Pretoria menjelaskan bahwa tulang singa bisa menyebabkan penyakit botulisme.
Penyakit langka yang menyeram sistem saraf ini bisa menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Botulisme biasanya menyerang para singa yang hidup dalam lingkungan kotor dan penyakit ini bisa menular ke manusia dari tulang yang terinfeksi atau kulit singa.
"Clostridium botulinum adalah bakteri yang menghasilkan spora dan racun dan dapat tumbuh di dalam daging dan tulang dari hewan yang sudah mati. Jika singa-singa ini mati karena botulisme, kebanyakan peternak tidak akan mau membuangnya dan tetap menjual daging dan tulang ke konsumen," jelas Dokter Peter. (Arie Nugroho)
Kommentare