top of page

Sepak bola saat Pandemi Corona & Fenomena Suporter Boneka Seks

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • May 21, 2020
  • 2 min read

Updated: May 22, 2020



Liga sepak bola di beberapa negara mulai kembali bergulir, di antaranya Bundesliga Jerman dan K-League Korea Selatan. Namun, ada hal unik di bangku penonton kedua liga tersebut.


Perubahan terbesar yang terjadi di dua kompetisi sepak bola itu adalah tidak adanya penonton. Itu karena Jerman dan Korea Selatan masih memberlakukan karantina wilayah atau lockdown.


Perubahan tersebut membuat pertandingan terasa berbeda. Hal itu membentuk normalitas baru. Contohnya pada laga antara Borussia Dortmund dan Schalke 04 beberapa waktu lalu. Laga ini terasa hambar karena tidak adanya penonton.


Tribun Borussia Dortmund yang biasanya diisi oleh suporter fanatik mereka atau dikenal dengan sebutan The Yellow Wall, mendadak kosong. Pun demikian dengan pendukung Schalke yang biasanya tak henti meneriakkan yel-yel sepanjang laga untuk memberikan dukungan kepada klub kesayangan mereka.


Hal unik justru terjadi di Korea Selatan. Salah satu klub sepak bola di Korsel, FC Seoul, memiliki cara unik dengan membuat penonton artifisal. Caranya, mengisi bangku penonton dengan bonek seks (sex doll).


Namun, langkah tersebut justru berbuntut kontroversi karena dianggap melecehkan wanita. Alhasil, pihak klub terpaksa melayangkan permohonan maaf dan mendapatkan denda sebesar 100 juta won atau Rp 1,196 miliar.


"Insiden ini amat menghina dan melukai pendukung wanita dan keluarka. Demikian pernyataan K-League seperti dinukil BBC Sports.


Kejanggalan berawal dari para fans di media sosial yang mempunyai kecurigaan bahwa boneka-boneka tersebut bukan maneken yang biasa ditemui di toko-toko baju.


Pihak klub berdalih tak mengetahui jika maneken tersebut merupakan boneka seks. Sebaliknya, mereka menyebut upaya itu digunakan sebagai suporter artifisial atau penonton buatan.


Sama halnya di Taiwan. Melansir The Star, kompetisi baseball di Taiwan menggunakan robot untuk bermain drum agar membuat kebisingan di stadion. Cara tersebut juga digunakan sebagai ganti tak boleh adanya kerumunan di stadion.


Kondisi normalitas baru ini membuktikan bahwa sesungguhnya masyarakat rindu akan sepak bola. Ini senada dengan pernyataan sosiolog olahraga Universitas Minnesota, Mary Jo Kane.


"Justru fakta bahwa kami sedang berusaha mencari cara untuk melanjutkan olahraga tanpa penggemar menunjukkan kepada Anda betapa kami sangat menginginkan dan sangat membutuhkan olahraga," kata Mary Jo Kane kepada New York Times. (Arie Nugroho)



Comentários


bottom of page