top of page

Religious Congregation: Beribadah dalam Formasi Berbeda Selama Pandemi Covid-19

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • May 18, 2020
  • 1 min read

Updated: May 19, 2020



Pemerintah Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Virus Covid-19. Namun, ada beberapa masyarakat yang nekat melakukan salat Tarawih berjamaah dengan mematikan lampu atau salat Jumat dengan tidak menggunakan speaker. Terkait hal itu, Amich Alhumami, Ph.D, Direktur Pendidikan dan Agama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), memaparkan terkait religious congregation: Beribadah dalam Formasi Berbeda pada Seminar Webinar berjudul Etnografi dan Pandemi: Covid-19 dalam Percakapan Antropologi, Senin (18/5/2020). Pertama, kerumunan dan keramaian, aneka pertemuan besar keagamaan (religious congregation) dilarang, karena menjadi medium transmisi virus yang paling efektif. Kemudian, Pemerintah, merujuk fatwa ulama mengimbau agar umat Islam untuk sementara waktu meniadakan salat jamaah di masjid, salat Jumat, salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan melarang mudik lebaran. Ketiga, kebijakan ini bertujuan untuk mencegah bahaya yang jelas mengancam jiwa umat manusia dan semua pihak harus mendulukan upaya pencegahan. Terakhir, hal ini sesuai dengan kaidah agama, yaitu da'rul mafaasid muqaddamu'alaa jalbil mashaalih - mencegah kemudharatan, menghindari bahaya, atau mencegah kerusakan harus lebih diutamakan daripada berbuat kebajikan dan kemaslahatan. "Perkumpulan dan pertemuan masif dilarang, ini untuk menghindari pencegahan penularan virus. Solat berjamaah dalam jarak jauh juga dilakukan di Masjidil Haram. Ini cara peribadatan baru dalam rangka menyiasati di kondisi pandemi," ujarnya. Meski demikian, Amich mengungkapkan wabah Covid-19 juga menimbulkan dampak positif, yakni masyrakat memiliki modal sosial berupa kekuatan warga dan aksi kolektif melawan Pandemi Covid-19. Menurut dia, pandemi Covid-19 memperkuat solidaritas sosial, sikap gotong royongm memicu aksi-aksi kolektif, mendorong social volunteerism, dan meningkatkan gerakan filantropi. "Berbagai aksi kolektif dan gerakan solidaritas sosial dalam berjuang melawan pandemi Covid-19 menggugah kesadaran publik, memberi inspirasi, dan memunculkan sikap optimistis dalam menghadapi krisis dan pandemi," dia menambahkan. (Arie Nugroho)

コメント


bottom of page