PT Pertamina (Persero) mencatat kerugian Rp11 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. BUMN Migas itu optimis keuangan perusahaan bakal positif pada akhir 2020.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan penjualan BBM Pertamina terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Sepanjang Juli 2020, volume penjualan seluruh produk mencapai 6,9 juta Kilo Liter (KL), naik sekitar 5 persen dibandingkan Juni sebesar 6,6 juta KL.
"Dari sisi nilai penjualan, pada Juli berada di kisaran 3,2 miliar dolar AS atau terjadi kenaikan sebesar 9 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,9 miliar dolar AS. Prediksi kami akhir tahun proyeksi positif," ujar Fajriah, Senin (31/8/2020).
Fajriah menuturkan tekanan terhadap keuangan Pertamina pada Semester I-2020 tidak terlepas dari pandemi Covid-19. Situasi yang mendorong pembatasan sosial berskala besar (PSBB) itu membuat penjualan BBM turun tajam.
"Kini seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru dan pergerakan perekonomian nasional, tren penjualan Pertamina pun mulai merangkak naik," tambahnya.
Sepanjang Februari-Mei 2020 diakui Fajriah merupakan masa-masa tersulit Pertamina. Terlebih lagi, pendapatan Pertamina dari sektor hulu ikut tertekan hingga 20 persen.
Pada Januari, ia mengatakan, Pertamina masih membukukan laba bersih 87 juta dolar AS. Namun memasuki tiga bulan selanjutnya, Pertamina mulai rugi bersih rata-rata 500 juta dolar AS.
"Mulai Mei berlanjut Juli, dan kedepannya, kinerja makin membaik. Dengan laba bersih di Juli sebesar 408 juta dolar AS, maka kerugian kumulatif sampai dengan Juli dapat ditekan dan berkurang menjadi 360 juta dolar AS atau setara Rp5,3 triliun. Dengan memperhatikan tren yang ada, kami optimis kinerja akan terus membaik hingga akhir tahun 2020," pungkas Fajriah. (Dimas Satrio)
Foto: Istimewa
Comments