Optimistis! Pemerintah Targetkan Penerimaan Negara dari Migas Sebesar US$121 Miliar
- MyCity News
- Aug 21, 2020
- 3 min read

Pemerintah menargetkan peningkatan penerimaan sektor hulu minyak dan gas bumi naik secara signifikan menjadi US$121 miliar dalam beberapa tahun mendatang.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto dalam webinar bertema "Oil and Gas Industries: The Challenge and Opportunity During and Beyond Crisis," Rabu (19/8/2020).
Dwi mengatakan target tersebut seiring dengan target lifting minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada 2030.
Menurut data SKK Migas, perkiraan pendapatan kotor dari penjualan migas tahun ini hanya US$19,9 miliar dan negara hanya menerima US$7,2 miliar.
"Kami harapkan bisa mewujudkan target lifting migas jangka pendek, tapi juga memaksimalkan penerimaan negara dari hulu migas hingga US$ 121 miliar," ungkap Dwi.
Selain menggenjot pendapatan, SKK Migas juga berusaha menari investasi baru sebesar US$70 miliar.
Dwi memandang prospek industri hulu migas Indonesia cukup besar karena Indonesia mempunyai 128 cekungan. Dari total cekungan, hanya 20 cekungan yang sudah diproduksi.
Sebanyak 27 cekungan ada penemuan namun belum diproduksi, 13 cekungan belum ada penemuan, dan 68 cekungan belum dilakukan pemboran eksplorasi.
"Kondisi seperti ini ada harapan yang bisa kita temukan ke depan," papar Dwi.
Selanjutnya, Dwi menjelaskan lifting minyak ditargetkan mencapai 1 juta bph dan lifting gas sebesar 12.000 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada 2020.
Target ini meningkat secara signifikan dari realisasi lifting minyak yang mencapai 713,3 ribu bph dan 5.605 mmscfd lifting gas pada semester I tahun 2020.
Bahkan, angka ini masih di bawah target awal APBN yang sebesar 755 ribu bph untuk lifting minyak dan 6.670 mmscfd untuk lifting gas.
Untuk mencapainya, Dwi mengatakan pihaknya melakukan berbagai upaya mulai dari mempertahankan tingkat produksi yang tinggi jangan sampai turun, lalu melakukan transformasi sumberdaya ke produksi, mempercepat pengerjaan chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) hingga terus melakukan eksplorasi untuk penemuan besar.
Ada beberapa proyek yang diandalkan untuk meningkatkan lifing migas dalam beberapa tahun, diantaranya Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron, Lapangan Abadi, Blok Masela oleh Inpex, Jambaran Tiung Biru oleh Pertamina, dan proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh oleh BP Indonesia.
Total investasi proyek strategis itu mencapai US$37,21 miliar dengan proyeksi tambahan produksi sebanyak 65 ribu bph minyak dan 3.484 mmscfd gas.
Baca Juga: D100, Kado Pertamina Untuk HUT RI Ke-75
Pandemi Covid-19 merupakan tantangan sendiri bagi industri hulu migas. Di akhir 2019, industri hulu migas mengalami tekanan akibat perang antaranggota OPEC. Pandemi Covid-19 berdampak pada pasokan dan permintaan gas di pasar internasional.
Selain harga minyak, harga gas alam cari (LNG) juga menurun karena kelebihan pasokan dan penurunan permintaan di pasar LNG. Harga LNG jatuh hingga US$1,93 per mmbtu. Namun, sekarang kondisi mulai membaik.
"Yang mempengaruhi berbagai investasi, LNG jatuh cukup tajam 2020 di bawah 2 (US$ 2 per mmbtu) meski hari-hari ini mulai ada peningkatan," tandas Dwi.
Perusahaan minyak global juga banyak yang mengoreksi laporan belanja modal (capital expenditure) sebesar 30%. Investasi global awalnya US$325 miliar dikoreksi menjadi US$228 miliar.
Indonesia juga melakukan hal yang sama. Banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang menunda program kerja. Untuk itu, SKK Migas melakukan upaya bersama KKKS untuk meninjau kembali rencana kerja.
"Kami rayu-rayu agar rencana penundaan bisa dibatalkan. Kami harap betul investasi jalan terus," katanya. (Al-Hanaan)
Foto oleh Martin Damboldt dari Pexels
Comments