Inilah Berbagai Negara yang Kebal Resesi Ekonomi
- MyCity News
- Sep 22, 2020
- 2 min read

Pandemi Covid-19 menghancurkan perekonomian dunia. Berbagai negara adi daya dari sisi ekonomi seperti Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Singapura, jatuh ke jurang resesi ekonomi.
Indonesia sendiri diprediksi selangkah lagi jatuh ke jurang resesi ekonimi. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini minus 0,6 persen hingga 1,7 persen. Proyeksi ini lebih parah dari sebelumnya yang mematok PDB minus 0,2 persen hingga 1,1 persen.
"Ini artinya, negatif kemungkinan terjadi pada kuartal ketiga dan berlangsung pada kuartal keempat yang kita masih upayakan (pertumbuhannya) mendekati nol," ujar Ani, sapaan akrabnya, dalam paparan APBN Kita, Selasa (22/9/2020).
Baca Juga:
Sementara untuk 2021 nanti, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 4,5 persen-5,5 persen. Target ini lebih rendah dari proyeksi institusi asing yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa menyentuh 6 persen.
Meski demikian, ada beberapa negara yang ternyata kebal dengan resesi ekonomi.
Negara pertama adalah Cina. Pada kuartal I-2020 ekonomi Cina mengalami kontraksi hingga 6,8% dan merupakan terendah sejak berakhirnya revolusi kebudayaan negeri ginseng pada 1976. Namun kuartal II-2020, perekonomian mereka kembali rebound dan mampu tumbuh hingga 3,2%.
The Economist menyebut Cina sebagai satu-satunya negara besar yang akan melakukan ekspansi pada tahun 2020. Sementara negara besar lainnya seperti Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan, diperkirakan akan kembali menghadapi koreksi ekonomi hingga akhir tahun meskipun tak akan sedalam yang diperkirakan.
Kemudian ada Vietnam. Kesuksesan Vietnam mengendalikan penyebaran virus Corona diyakini dapat mempertahankan pertumbuhan ekonominya di jalur positif.
Pada kuartal II-2020, ekonomi Vietnam masih mampu tumbuh 0,36% meski menjadi yang terendah sejak pencatatan kuartalan dimulai di negara tersebut 30 tahun lalu.
Ketia ada negara Turkmenistan. Pada kuartal II-2020, negara tersebut masih mencatat pertumbuhan ekonomi. PDB di Turkmenistan diperkirakan akan mencapai US$ 40,50 miliar pada akhir tahun 2020. Dalam jangka panjang, PDB Turkmenistan diproyeksikan akan berada pada tren sekitar US$ 41,50 miliar pada 2021.
Hingga saat ini, pertumbuhan positif yang diraih negara tersebut berkat masih nihilnya kasus Covid-19. Hal ini membuat aktivitas ekonomi berjalan seperti biasa dan tak terpengaruh pembatasan sosial.
Terakhir, ada Pakistan. Kementerian Keuangan Pakistan melaporkan siklus kontraksi ekonomi selama enam bulan akan segera berakhir dan pertumbuhan ekonomi akan mulai positif pada Juli setelah melihat kenaikan inflasi dari harga produk minyak bumi.
Untuk diketahui, Pakistan tidak melaporkan angka pertumbuhan ekonomi setiap tiga bulan seperti negara lain. Namun Kementerian Keuangan mengatakan pada tahun anggaran sebelumnya, terdapat pertumbuhan kecil namun positif sekitar 1% pada kuartal pertama.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua dipercepat menjadi 2,58%, namun berubah pada kuartal ketiga menjadi sebesar 0,19% setelah pandemi Covid-19.
The Economist mencatat sepanjang tahun ini, ekonomi Pakistan terkoreksi, namun tetap berada di jalur positif, yakni sebesar 0,5%. Kementerian Keuangan Pakistan optimistis perekonomian akan tetap berada di teritori positif hingga akhir tahun. (Arie Nugroho)
Comentarios