top of page

Freeport Lanjutkan Pembangunan Smelter Senilai US$3 Miliar

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Sep 3, 2020
  • 2 min read


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif meminta PT Freeport Indonesia untuk menyelesaikan proyek pengolahan dan pemurnian (smelter) baru di Gresik, Jawa Timur.


Demikian pernyataan Arifin saat melakukan kunjungan kerja ke proyek smelter Freeport, Selasa (1/9/2020).



"Saya berharap proyek smelter PT Freeport ini bisa segera selesai. Kita akan terus mendorong ini karena jika ini selesai, kita tinggal mendorong industri hilirnya supaya bisa berkembang," kata Arifin.


Pandemi Covid-19 membuat banyak kegiatan ekonomi berhenti. Hal ini juga dialami oleh PT Freeport Indonesia dengan mengajukan penundaan penyelesaian smelter.



Wakil Presiden Direktur Freeport Indonesia, Jenpino Ngabdi mengatakan smelter yang seharusnya selesai pada 2023 mundur menjadi 2024.


Hal itu dia kemukakan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/8/2020).


Lebih jauh, Jenpino mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 menghambat finalisasi kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC). Lockdown membatasi pergerakan di negara asal kontraktor. Alhasil semua pekerjaan ditunda.


"Akibat dari dampak Covid-19, pencapaian progress masih di bawah target karena kontrak EPC belum bisa difinalisasi oleh EPC kontraktor kami," terang Jenpino.



Selanjutnya, Jenpino melaporkan pembangunan smelter baru mencapai 5,86% dari target 10,5% per Juli 2020. Pembangunan smelter yang sudah diselesaikan adalah Feasibility Study (FS) dan Front End Engineering Design (FEED).


"Kalau kita paksakan penyelesaian pada akhir 2023, kontraktor EPC menyatakan tidak sanggup menyelesaikannya, sehingga butuh revisi jadwal terbaru. Jadi, apabila memungkinan, kami ingin memohon agar diberikan kelonggaran penyelesaian smelter ini hingga 2024," tutur Jenpino.


Sebagai informasi, Freeport membangun smelter baru berkapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga yang menelan dana sebesar US$3 miliar (Rp 42 triliun, kurs Rp 14.000/US$).



Pembangunan smelter ini merupakan aset kedua Freeport. Smelter pertama dibangun sejak 1996 bersama Mitsubishi dengan membentuk perusahaan PT Smelting.


PT Smelting ini mengolah dan memurnikan 1 juta ton konsentrat tembaga menjadi 300 ribu ton katoda tembaga per tahun. Smelter pertama inilah yang mengolah 40% dari produksi konsentrat tembaga Freeport. (Al-Hanaan)


Foto: Ilyas Istianur P - Liputan6



Commentaires


bottom of page