top of page
Writer's pictureMyCity News

Desa di Togo Hampir Tenggelam Akibat Pemanasan Global



Masyarakat pesisir Togo di Baguida memiliki laut sebagai pintu masuk. Namun, laut yang bergelombang semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir menghancurkan rumah dan harapan penduduk lokal akan masa depan.


Di pinggiran Lome, ibukota Togo, bangunan terbengkalai menjejali garis pantai. Tampak jendela kosong menghadap ke laut yang semakin meninggi.


"Saya mempunyai tiga anak. Saya rasa suatu hari nanti laut akan menelan kita sewaktu-waktu. Kami tidak tahu akan ke mana," kata Olivia Afanubo Hollalie (27) yang berdiri di rumahnya berlantai satu. Rumah yang dia tempati hanya sekian meter dari bibir pantai.


Menurut jurnal Nature Climate Change, emisi gas global sebagai efek rumah kaca mempercepat erosi pantai di seluruh dunia. Negara-negara di pantai Atlantik, Afrika Barat berisiko paling besar. Kenaikan air laut bisa menghanyutkan lebih dari setengah pantai Togo di akhir abad ke-21.


Di desa Doevikope di pantai Baguida, 75 persen penduduk telah pindah sejak laut menelan habis lahan pertanian, lapangan sekolah, dan pemakaman.


"Laut bahkan ingin mengambil nyawa kami," gumam Togbui Dorllayi.


Togbui tinggal di penampungan sementara yang terbuat dari jerami dan tripleks. Ia sedang membangun kembali rumah untuk keenam kalinya.


Ombak tak hanya merusak fisik bangunan tetapi juga harapan dan perasaan penduduk setempat. Kenaikan air laut dan ombak yang meninggi membuat penduduk setempat ketakutan.


Menurut kajian Bank Dunia, kerusakan lingkungan di daerah pesisir di empat negara Afrika, termasuk Togo merugikan senilai $3,8 miliar atau 5,3 persen pendapatan nasional negara pada 2017.


"Laut telah menghancurkan segalanya. Sekarang saya lelah. Saya juga sudah tua. Saya tidak tahu bagaimana cari makan nanti," ujar Assah Kokou Akpebiotor (70) yang tinggal di tepi laut seumur hidupnya. (Al-Hanaan)


Foto: Reuters


2 views0 comments

Comments


bottom of page