Cina & India Batasi Impor, Pengusaha Batu Bara dan Pemerintah RI Bikin Diplomasi
- MyCity News

- Aug 18, 2020
- 2 min read

Pandemi Covid-19 membuat negara importir batu bara melakukan pembatasan impor. Pembatasan sosial dan lockdown membuat mobilitas rendah. Tak ayal, konsumsi energi turun sehingga serapan batu bara berkurang.
"Mengoptimalkan kapasitas batu bara domestik mereka dan kedua karena stockpile mereka juga masih cukup seperti misalnya China ada kecenderungan mereka sedang membatasi kuota impor mereka. Negara-negara tujuan ekspor utama batu bara kita seperti China dan India itu sedang mengetatkan impor," kata Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Baru Bara Indonesia (APBI), Minggu (16/8/2020).
Menyiasati hal itu, eksportir batu bara Indonesia melakukan upaya diplomasi. Pun, pemerintah melalui kementerian terkait maupun juga Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengintensifkan diplomasi dengan Cina dan India.
Harapannya, Cina dan India mau memberikan kuota impor batu bara dari Indonesia lebih banyak lagi.
Saat ini, proses komunikasi dengan Cina masih berlangsung melalui Duta Besar (Dubes) Cina untuk Indonesia.
"APBI bulan Juli lalu menggelar webinar dengan Dubes RI untuk India dan Dubes RI untuk RRT sebagai bagian dari upaya koordinasi pelaku usaha dan pemerintah terkait diplomasi," ujar Hendra.
Hendra mengatakan pemerintah sudah berusaha meminta dukungan pemerintah Cina untuk memberikan akses tambahan impor kuota bagi eksportir Indonesia. Terlebih tahun 2020 adalah tahun peringatan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
"Dan selama ini Indonesia eksportir batu bara terbesar untuk RRT dan harga jual batu bara kita kompetitif dan sudah beberapa tahun sampai saat ini kita juga pemasok batu bara yang reliable ke RRT dan negara-negara lain," tutur Hendra.
Selanjutnya, Hendra berujar bisnis perusahaan tambang pada kuartal II (Q2) masih berpeluang baik. Meski demikian, sektor pertambangan bergantung pada kebijakan negara tujuan ekspor.
"Ada pertanyaan mengenai produksi kita, mengenai impor demand Cina dan India, kalau bisa saya sampaikan sektor pertambangan sangat terkait dengan kebijakan negara tujuan ekspor kita," ucap Hendra.
Sebagai informasi, Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia menurun sejak April hingga Agustus. HBA pada Agustus sebesar US$50,34 per ton, turun dari Juli US$52,16 per ton. HBA tertinggi berada di bulan Maret sebesar US$67,08 per ton.
Turunnya HBA bersamaan dengan turunnya realisasi produksi batu bara dengan angka produksi sebesar 41,11 juta ton di bulan Juli. Angka ini lebih rendah dibandingkan realisasi produksi bulan Juni yang sebesar 46,36 juta ton.
Demikian data Minerba One Data Indonesia (MODI), Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu (12/8/2020).
Baca Juga: D100, Kado Pertamina Untuk HUT RI Ke-75Menurut data MODI per Rabu (12/8/2020), realisasi produksi batu bara Indonesia sejak Januari hingga Juli 2020 mencapai 322,9 juta ton atau 58,7% dari target produksi tahun ini yang dipatok 550 juta ton.
Melihat perkembangan itu, Hendra berpendapat target produksi yang ditetapkan pemerintah sebesar 550 juta ton pada 2020 akan tercapai. Target ini, bagaimana pun, tetap lebih rendah dibandingkan realisasi produksi batu bara sebesar 610 juta ton pada 2019 lalu. (Al-Hanaan)
Foto: Pexels



Comments