Energi panas bumi (geothermal) semakin gencar dimanfaatkan untuk pengembangan listrik. Pasalnya, energi panas bumi Indonesia melimpah dan ramah lingkungan. Di sisi lain, pengembangan geothermal berisiko tinggi.
Untuk itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berbagi risiko dengan investor untuk meningkatkan iklim investasi. Hal ini dilakukan pemerintah dengan turut mengebor panas bumi.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan pemerintah akan menyediakan insentif fiskal, pengecualian bea masuk, dan kemudahan lain. Salah satunya adalah pengurangan risiko eksplorasi investor yang mana pemerintah turut melakukan pengeboran.
"Untuk mengurangi risiko eksplorasi, pemerintah memperkenalkan sistem development geothermal, yakni pengeboran oleh pemerintah di mana eksplorasi dilakukan oleh pemerintah," kata Arifin, Selasa (8/9/2020).
Pengembangan geothermal juga dilakukan di hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konversi. Untuk itu, pemerintah juga mengimbau investor untuk memberdayakan masyarakat.
Pemberdayaan ini bertujuan agar masyarakat setempat mendapat timbal balik positif dari keberadaan eksplorasi geothermal dan meminimalisir sengketa dengan masyarakat.
Selanjutnya, Arifin menerangkan potensi geothermal Indonesia mencapai 23,9 giga watt (GW). Sayangnya, realisasi pemanfaatan geothermal baru 8,9% atau 2,13 GW.
Selain geothermal, Indonesia memiliki lima potensi sumber energi lain yaitu:
1. potensi hydro sebesar 75 GW dengan realisasi sebesar 6,08 GW (8,1%)
2. potensi bioenergi sebesar 32,6 GW dengan realisasi sebesar 1,89 GW
3. potensi energi angin sebesar 60,6 GW dengan realisasi sebesar 0,15 GW (0,25%)
4. potensi solar panel sebesar 207,8 GWp dengan realisasi sebesar 0,14 GWp (0,07%)
5. potensi laut sebesar 17,9 GW dan belum ada realisasi
"Kita lihat energi geothermal memiliki peran ke depan di mana potensi Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi geothermal yang terbesar di dunia. Dengan potensi yang besar, kita targetkan 7.000 MW pada 2025. Namun saat ini kapasitas terpasang baru 2,13 GW atau 8%," terang Arifin.
Di lain pihak, Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Prijandaru Effendi menekankan pentingnya energi panas bumi karena potensinya yang melimpah.
Effendi menyebut potensi panas bumi Indonesia sebanyak 40% dari potensi panas bumi di seluruh dunia. Saat ini total kapasitas terpasang sudah lebih 2.000 MW.
Tak heran Indonesia menjadi produsen panas bumi terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat.
"Hal ini bisa dijadikan momentum di mana panas bumi Indonesia dapat berperan sebagai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan, serta meningkatkan keekonomian dalam negeri, dan menurunkan emisi gas rumah kaca," pungkas Effendi. (Al-Hanaan)
Foto: Modern Diplomacy
Comments