Pandemi Covid-19 memukul keras perekonomian dunia. Bahkan, kontraksi ekonomi akibat Covid-19 lebih dalam dibandingkan kontraksi ekonomi akibat Flu Spanyol 1918-1919 silam.
Pelemahan ekonomi secara global merupakan kali pertama di dunia akibat krisis kesehatan dan paling parah sepanjang sejarah.
Baca Juga: Minggu (27/9/2020), Kasus Positif Covid-19 Bertambah 3.874, Sembuh 3.611, Meninggal Dunia 78
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Pahala Nugraha Mansury, Jumat (25/9/2020).
"Kontrak ekonomi dunia mengalami penurunan sampai dengan -5% atau paling tidak mendekati -5% itu merupakan salah satu kontraksi ekonomi dunia paling signifikan," kata Pahala, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
"Bahkan kalau dilihat pada saat post World War I saat terjadi Spanish flu di tahun 1918-1919 pada waktu itu pertumbuhan ekonominya memang mengalami kontraksi namun tidak mengalami kontraksi seperti yang kita lihat pada tahun 2020 ini," sambung Pahala.
Sektor minyak dan gas (migas) merupakan sektor yang paling dalam terdampak karena pandemi membatasi mobilitas. Tak heran, harga minyak menyentuh US$13 per barel bahkan sampai negatif.
Selain itu, sektor lain yang terdampak adalah sektor transportasi dan konstruksi yang dipengaruhi oleh mobilitas.
Sementara sektor yang tak terdampak adalah sektor esensial seperti pendidikan, pertanian, kesehatan, dan komunikasi.
Di masa pandemi, transaksi digital meningkat drastis untuk membatasi kontak fisik. Sektor jasa keuangan memberikan kebijakan restrukturisasi pada nasabah. Maka dari itu, kesehatan sektor jasa keuangan bergantung pada perbaikan kinerja nasabah.
"Perbankan dan seluruh pelaku ekonomi memang perlu berhati-hati untuk mempersiapkan diri dan jangan sampai kita menjadi tidak awas dan melihat bagaimana seberapa jauh krisis ini bisa terjadi," jelas Pahala. (Al-Hanaan)
Image by Gerd Altmann from Pixabay
Comments