top of page

Pandemi Covid-19, Gunung Sampah Masker Hantui Dunia

  • Writer: MyCity News
    MyCity News
  • Oct 5, 2020
  • 2 min read


Seiring dengan pandemi Covid-19, kebutuhan akan masker pelindung diri terus meningkat. Hal itu akibat diterapkannya protokol kesehatan di berbagai negara.


Jumlah penderita Covid-19 yang terus bertambah sehingga membuat rumah sakit membludak dengan pasien di banyak negara termasuk Indonesia. Konsumsi masker setiap harinya terus bertambah.


Menurut catatan WHO, saat ini ada 43 juta tenaga medis di seluruh dunia. Masker secara umum hanya direkomendasikan untuk digunakan dengan durasi efektif 4 jam saja.


Baca Juga:


Setelah itu masker harus segera diganti. Apabila sepertiga tenaga medis berada di garda terdepan berperang melawan Covid-19 maka kebutuhan untuk masker diperkirakan mencapai 28 juta unit per harinya.


Angka tersebut belum memperhitungkan para perawat serta orang yang diduga menderita Covid-19. Jika dua orang ini dihitung maka kebutuhan masker bakal bertambah 12 juta unit per hari menjadi 40 juta unit.


Lantas, berapa banyak kebutuhan masker setiap hari? Di Cina pada April lalu, masyarakat Negeri Tirai Bambu dilaporkan membuang 1 miliar unit masker setiap harinya.


Sejumlah organisasi peduli lingkungan hidup menyuarakan keprihatinan mereka bahwa lautan, sungai, dan selokan semakin dibanjiri dengan masker wajah sekali pakai, sarung tangan lateks, botol hand sanitizer, dan barang-barang dari alat pelindung diri (APD) yang tidak dapat didaur ulang sementara seluruh dunia saat ini bergulat dengan Covid-19.


Kelompok konservasi laut Prancis, Opération Mer Propre secara teratur mendokumentasikan operasi pembersihan samudera di media sosial dan melaporkan bahwa mereka kini melihat lebih banyak potongan APD di Laut Mediterania.


"Mengkhawatirkan mengetahui jenis limbah baru yang terkait dengan COVID-19. Kami mengambil (polusi semacam ini) di setiap pembersihan, terutama sarung tangan lateks," tulis Opération Mer Propre dalam postingannya di Facebook.


"Ini adalah masker sekali pakai pertama yang tiba di Mediterania," tulis mereka setelah melakukan operasi pembersihan pada 23 Mei.


"Ini hanya permulaan dan jika tidak ada perubahan, ini akan menjadi bencana ekologis yang nyata dan bahkan mungkin kesehatan," sambungnya.


Bukan hanya Eropa atau lingkungan alam yang terdampak, sejumlah pejabat kota di AS juga melaporkan selokan dan stasiun pompa air hujan tersumbat sarung tangan lateks dan masker wajah. Sampah ini diduga berasal dari saluran toilet.


Meski belum ada data tentang skala masalah ini, berdasarkan informasi Associated Press yang menghubungi 15 otoritas kota di AS, semuanya melaporkan, sejak pandemi terjadi, lebih banyak masalah penyumbatan saluran pembuangan dan drainase.


Mereka mengatakan, kondisi ini mungkin terkait dengan orang-orang membilas APD, atau bisa jadi banyak orang tidak tahu harus bagaimana memperlakukan masker dan sarung tangan sekali pakai dan memutuskan untuk membuangnya ke toilet.


Sehubungan dengan masalah pencemaran lingkungan ini, Badan Perlindungan Lingkungan AS mengeluarkan pernyataan yang memberitahu warga agar membuang APD dengan benar.


Pemberitahuan ini juga termasuk saran untuk tidak memasukkan tisu desinfektan, sarung tangan, masker, APD, atau limbah medis apa pun ke tempat sampah daur ulang karena dapat terkontaminasi oleh patogen dan membahayakan kesehatan.


Sejumlah organisasi daur ulang limbah juga meminta agar orang-orang membuang masker dan sarung tangan ke tempat aman dengan menempatkannya di tempat sampah umum. (Arie Nugroho)




Comments


bottom of page