top of page
Writer's pictureMyCity News

Kata Anjay Kasar atau Tidak? Ini Penjelasan Ahli Bahasa



Kata 'Anjay' mendadak menjadi perbincangan di Tanah Air setelah Youtuber bernama Lutfi Agizal melaporkannya ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA).


Sebagai buntut dari pelaporan Lutfi tersebut, Komnas PA pada 29 Agustus lalu mengeluarkan pernyataan berjudul 'Hentikan Menggunakan Istilah Anjay'. Mereka beralasan bahwa di dalam konteks tertentu, istilah 'Anjay' mengandung unsur kekerasan dan merendahkan martabat seseorang.


Tak hanya itu saja, Komnas PA menganggap pengucap kata 'Anjay' telah melakukan kekerasan atau bullying sehingga dapat dipidana.


"Ini [kata 'anjay'] adalah salah satu bentuk kekerasan atau bullying yang dapat dipidana. Lebih baik jangan menggunakan kata 'anjay'. Ayo, kita hentikan sekarang juga," ujar Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait, dalam keterangan tertulisnya, belum lama ini.


Bahkan, Komnas PA meminta DPR RI mendukung setop penggunaan kata 'Anjay' sebagai bahasa pergaulan. Komnas PA bersikukuh penggunaan kata 'Anjay' merugikan pihak lain sekaligus berpotensi pidana.


Lantas, apakah benar bahwa istilah 'Anjay' mengandung unsur kekerasan dan merendahkan martabat seseorang sehingga sang pengucap pantas masuk ke dalam jeruji besi?


Peneliti Ahli Utama pada Pusat Penelitian dan Kemasyarakatan LIPI, Obing Katubi, mengungkapkan bahwa salah satu emosi dasar manusia adalah marah dengan segala turunannya, misalnya jengkel, sebel, dongkol, kesal hati, berang, gusar, dan sebagainya, yang bisa jadi berujung pada tindakan memaki. Pengungkapan rasa marah ini pun berbeda dari satu budaya ke budaya lain.


"Nah, kata anjay sebagai varian dari anjrit dan anjir, yang berasal dari kata dasar anjing memang ada yang menganggapnya sebagai salah satu kata dalam ragam bahasa slang atau bahasa gaul. Berkaitan dengan ragam bahasa slang/bahasa gaul itu, yang lebih mengejutkan adalah ada yang berpendapat bahwa bahasa slang atau bahasa gaul merusak bahasa Indonesia," katanya melalui tulisan yang dikirimkan kepada MyCity, Kamis (3/9/2020).


"Bahkan, ada yang beranggapan mengancam pendidikan karakter. Menurut saya, kok sama sekali tidak begitu. Tiap bahasa, bahasa apa pun pasti memiliki ragam/variasi bahasa. Ragam bahasa ada kelompok penggunanya. Yang terpenting adalah kita mengetahui kapan kita bisa menggunakan ragam atau variasi bahasa sesuai konteksnya," dia menambahkan.


Istilah 'Anjay' Tak Selalu Memiliki Makna Kasar


Tak hanya itu saja, Komnas PA juga meminta agar anak Indonesia tidak lagi menggunakan kata 'Anjay' karena bisa menjadi masalah dan tidak pidana kekerasan verbal karena kata tersebut bisa berarti binatang anjing.


Menanggapi hal itu, Obing menilai tiap bahasa memiliki ragam atau variasi bahasa. Ragam bahasa ada kelompok penggunanya. Yang terpenting adalah mengetahui kapan bisa menggunakan ragam atau variasi bahasa sesuai konteksnya.


Dia menambahkan, penguasaan berbagai ragam atau variasi bahasa menjadi penting agar kita fleksibel dalam berbahasa. pada kenyataannya, masyarakat sehari-hari juga menggunakan berbagai variasi atau ragam bahasa dalam berbagai konteks.


"Apakah bahasa slang atau bahasa gaul hanya digunakan oleh anak-anak nakal? Sama sekali tidak. Suatu kelompok/komunitas dengan kreativitasnya menciptakan berbagai bentuk bahasa untuk mengekspresikan identitas kelompoknya. Kelompok yang dimaksud bisa bermacam-ragam, misalnya kelompok umur, kelompok pendidikan, kelompok sosial, dan sebagainya," tegas dia.


"Karena itu, penggunaan bahasa gaul atau bahasa slang “tidak haram” digunakan asal mengetahui konteks penggunaannya. Intinya, kita harus memahami “kita berbicara dengan siapa, untuk tujuan apa, kapan dan di mana, dengan menggunakan ragam/bahasa apa, dengan cara bagaimana.” Pemahaman soal konteks seperti itu menjadi penting agar tidak mudah “mengharamkan penggunaan ragam bahasa.” Kasar atau tidaknya kata saat digunakan, tidak terletak pada kata itu sendiri," urai dia.


Obing berpendapat, kata 'Anjay' itu tidaklah kasar, istilah itu merupakan bahasa gaul atau kekinian yang biasa digunakan untuk istilah pengganti kata salut dan bermakna kagum atas satu peristiwa. Di sisi lain, 'Anjay' dapat diartikan dengan binatang anjing.


"Begitu pun kata “anjrit dan anjir”, dan varian plesetannya menjadi ANJAY. Belum tentu kata itu menunjukkan kekasaran. Anak-anak muda di Bandung dalam kelompok sebayanya bahkan kadang menggunakannya untuk mengungkapkan ‘keterkejutan atau bahkan kekaguman.’"


"Misalnya, ketika ada cewek lewat dan cewek itu cantik sekali, ada satu anak muda dikelompoknya mengungkapkan kekagumannya dengan mengatakan: “Anjrit, geulis pisan euy” yang artinya ‘Anjrit, cantik banget (dia).’"


Berdasarkan uraian di atas, kita sudah bisa memaknai jika kata 'Anjay' ini bisa dikatakan kasar atau tidak bergantung pada konteks apa yang diperbincangkan. Lantas, bagaimana menurut Anda? (Arie Nugroho)








1,351 views0 comments

Comments


bottom of page